Sunday, March 30, 2008

EDENSOR

Seperti saat membaca 2 karya Andrea lainnya, saya seakan tersihir masuk ke dalam petualangan-petualangan anak bangka belitong ini. Bahkan boleh dibilang saya menikmatinya lebih dibanding dengan novel petualagan impor yang sedang marak di tanah air seperti Chronicles of Narnia, Bartimaeus Trilogy, etc. Alasannya mungkin karena bahasa dan wilayah yang sama sehingga terasa tak ada jarak, apalagi model penceritaan yang mengalir lepas dan tidak banyak diselipi kiasan atau metafora yang memaksa pembaca mengeryitkan kening. Khususnya, Edensor, tidak menggunakan istilah ilmiah sebanyak saat membaca Laskar pelangi.

Masih nyambung dengan kedua novel sebelumnya, Edensor merupakan kelanjutan petualangan Ikal dalam mengejar mimpinya atau lebih tepatnya menjalani mimpinya. Dimulai saat Ikal dan Arai sama-sama menerima beasiswa melanjutkan S2 ke Sorbonne university yang merupakan mimpi keduanya saat diperkenalkan oleh Pak Balia, guru SMA mereka.

"Murid-muridku, berkelanalah, jelajahi Eropa, jamah Afrika, temukan mosaik nasibmu di pelosok-pelosok dunia. Tuntut ilmu sampai ke Sorbonne di Prancis, saksikan karya-karya besar Antoni Gaudi di Spanyol..."

Di saat itulah, Ikal dan Arai tertantang untuk mewujudkan mimpi tersebut

"Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu..."

Hal kedua ingin diwujudkan Ikal adalah menemukan belahan hatinya, gadis tionghoa berwajah ayu dan berkuku indah, A Ling, yang menghilang semasa Ikal SMP. Gadis yang ditemui saat Ikal membeli kapur barus di Toko Kelontong Sinar Harapan (Laskar pelangi). Gadis yang memperkenalkan mimpi indah tentang Edensor lewat buku James Herriot, Seandainya Mereka Bisa Bicara.

Dalam novel ini, diceritakan secara lugas dan tanpa metafora yang membingungkan, diselingi satire humor di sana sini (ehm, terkadang membuatku tertawa geli) tentang perjalanan Ikal dan Arai menuju Sorbonne, hingga petualangan bacpackers mereka menjelajahi Eropa hingga Afrika. Pertemuan pertama di bandara Belanda dengan Ms. Fam Sommers yang baik hati, cantik dan energik (selanjutnya lewat kelihaiannya menyulap Ikal dan Arai menjadi 2 puteri duyung cantik agar bisa keliling eropa), dengan landlord di apartemen mereka yang sangat tidak bersahabat hingga mereka harus tidur di bawah pohon di bawah cuaca minus dan hampir mati kedinginanan.

Pertemanan Ikal dan Arai dengan pelajar dari berbagai bangsa dan budaya yang menjadikan sorbonne sebagai a university of life. Lewat mereka Ikal melihat berbagai budaya dan tipikal sifat dan karakter masing-masing, the brit, Stansfield, the american, Townsend, Katyana, si cantik dari jerman, Italia dsb. Banyak dialog humoris terselip sehingga membuat novel lebih hidup dan enak dibaca (sama banyaknya dengan Laskar Pelangi).

Lewat pertaruhan di holliday season, tanpa sengaja ide Ikal dan Arai untuk mengamen keliling Eropa dan Afrika menjadi euforia teman-temannya yang ikut tertantang. Masing-masing bertaruh untujk menjdi pemenang. Dari sinilah petualangan Arai dan Ikal dimulai dari Negara kincir angin, untuk menemui Famke Sommers yang berjanji membantu mereka mendapatkan ide ngamen. Walhasil, berdua mereka diubah menjadi 2 patung putri duyung yang cantik yang berdiri di pinggir jalan untuk recehan euro. Mereka hampir kehilangan nyawa di negara Balkan, Slavia, saat hendak dirampok. Luckily, Pak Toha yang asli Purbalingga came to rescue....wow, a real indonesian yang terpental ke negeri ini karena peristiwa gestapu 1966-1967. Atau saat Ikal dan Arai kelaparan dan kedinginan di Negeri Beruang Merah sehingga terpaksa memamah biak dedaunan. Pertemuan Ikal dengan wanita yang menginspirasi pencarian namanya Andrea Galliano, di Italia, dengan tokoh pejuang kemerdekaan Afganistan, Oruzgan Mourad Karzani, tokoh yang Ikal kagumi (Laskar Pelangi). Everthing happen for a reason....segala sesuatu terjadi karena suatu alasan...itulah keyakinan Ikal...setiap kepingan mozaik beralasan bagaikan garis nasib di tangan.

Petualangan ke 42 Negara yang terbentang Eropa sampai Afrika hanya dengan berbekal keberanian dan tekad membaja. Terserang kelaparan, terusir dan terlunta-lunta, terpapar suhu minus 9 derajat, terpanggang suhu 45 derajay Sahara menjadi bagian mozaik keduanya. Petualangan yang melambungkan diri hingga Ikal bisa mengenali lebih baik jati dirinya. Ikal dan Arai membuktikan bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan lewat keyakinan dan kerja keras.

"Semua telah kami rasakan, dalam kemenangan manis yang gilang gemilang dan kekalahan getir yang paling memalukan, tapi tak selangkah pun kami mundur, tak pernah. Kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi. (hal 277)"

Impian terindah Ikal untuk berjumpa edensor pun terwujud pada akhir buku ketiga ini. Petualangan yang mendebarkan, penuh satire humor dan fantastis...it will make you laugh, wonder, amazed altogether

Cloudy Weekend

That's what my last weekend looked like. I got flu and laid at best the whole time. My nose felt so odd, my throat got ichy, my eyes watery, my head got heavy and my body got fever. I was really in most uncomfortable state. My plan to read was had to put on another list. I dare not to take medication as usually it would subside after two or three days...i always get cold once or twice a year so it's a kind of regular visitor for me. I just laid down at my bed and sometimes when my eyes were not too watery, enjoyed some shows on TV.

Strangely, a hail of stoneices struck my residence on Sunday afternoon. I heard some crrumble on my rooftop as if some stones had been deliberately thrown. It was after my husband shouted, i realized there's a hail of stoneices outside...ehm, it was the first time ever happened in this area. Luckily, it was only five minutes before a windy burst of rain replaced it. Ehm...if it struck for hours, my rooftop would collapse. The weather was really in a rage. Partly we, humans, had invited such anger from mother nature as we often used its resources without wisdom. I'm sure the weather would be angrier every minute if humans keep taking nature for grantef.

Back to my state of being, i was right. Today, i felt much better. My fever's gone, my cold subsided...just a little bit coughing....but great. It's a good day to start a day

Wednesday, March 26, 2008

The Night Song

As the night visited mother earth

the skies turned into majestic black

painted by twinkling little stars

that danced merrily around yellowish crescent

sent a wave of tender light accross the galaxy

Fireflies flashed their lamp

buzzing in the air in most graceful moves

accompanied by nightingale songs

crickets composed a wonderful melody

tried so hard to draw attention of othe night creatures

Frogs toddled and hopped frenzily

too afraid being left out of the party

And here i was standing in an old hut

amids the vast ricefields

witnessed the night that was full of wonders

absorbing every sound sent by night insects

that formed a perfect harmony

A beauty that is often taken for granted

A drawing that is laid right in front the eyes

Monday, March 24, 2008

A Mother's Pray

My dearest son,

last time I saw you in your handsome uniform

looked like a knight

so glorious in appearance

till we said goodbye

as duty to your country had called you

to fight in the enemy line in country beyond seas

proud so I was at that moment

My dearest son,

now my heart bled

ached like it had been pirced by a dagger

to see the war you were in

to hear the gunshot echoed

the bomb exploded

taken so much death toll

of other mothers' sons

of the many scaterred pieces

soldiers, heroes, villains

of other mothers's

My dearest son,

how i could not rest

my heart leaped to hear each news

of another slain soldier

of another wounded soldier

of another uncertainty

of another promise of victory

My dearest son,

i came to wonder

of the cause for the war you were in

was it for serving our beloved country

or was it for another reason

that i did not understand

no matter how hard i tried to figure it out

My dearest son,

how i missed you every now and then

how i wanted to hold you again in these already wrinkle arms

in one piece of a man

whom i said goodbye months ago

My dearest son,

in my desperate hopes

i sent you my best prayer

for you to come home

to overcome this war of no purpose

i prayed thee not for victory

but for your safety

and for other mothers' sons

because there's no victory nor glory

no heroes nor enemies

it's just a war of no cause

My Roses Garden

Oh, how sweet to see you

my flower beds of roses

when morning dew drops still perch on your sweet petals

like crystal of dazzling rubbies

freshen you up with morning treat of drink

as the sunray beams

touches you gentle to wake you up

to greet the glorious beginning of a day

caresses your colorful blooming flowers

ask you to dance in harmonious rhythm

to welcome morning with smile

Oh, how wonderful to embrace you

stand in middle of these bed of roses

inhaling the soft fragrance of your newly blooming rosebuds

such a joy to the eyes

a truly recreation for the souls

I was enchanted by your beauty

lurked to your heart without a fight

fall to your grace without escape

drown to your net of earthly glory

I Saw My Brothers

I saw my brothers on one crimson day

Hopes hung on their faces

Of a promised peace

In this land of what he called an evil axis

Free from fear

And free of expressing speech

Then on that very crimson day

I saw my brothers

Wept in tears of blood

Their shadows had been forcedly taken

By he who had made a false promise

It was nothing but another terror

Of darkness that sent a creeping tremor

Then on that crimson day

I saw my brothers roared

With cracking voice of a strangled man

Right in front of him

Questioned this war

That brought nothing but misery

“Oh, you deceitful beast,

It’s war you threw on our feet

It’s human sacrifice forced on us by your fleet

It’s our souls you put on stake

It’s our children you murdered daily…”

“Oh, you loathsome false angel

Take back your war

Lick back your promise of betrayal

For you’re no angel but a disgrace to humanity”

Then on that very crimson day

I saw my brothers

Within his last breath

Lost in the rain of bullets

Shattered in volcanic machine weapons

Sunday, March 23, 2008

The Eyes

You're the window to the world

a door to see the gaiety of nature

the beauty of majestic universe

where spring paints perfect color of freshly newly leaves and flowers

summer portrays a tune in color of golden ray

autums gives magnificent portrait of changing colors

and winters decorates the earth with soft white snows

you're also key witness

to the sadness of mourning universe

where men kill one another

built thousand wars of bloodshed and tears

where nature is dying

unable to bear all the glutonny of the race

ripping all resources without mercy

polluted the air with poisonous toxic

of the millions factories and industries

spring became too hot to enjoy

summer turned into a boiling hell

autumn struck with stormy ice hail

and winter got too damn cold

All were laid in front of the eyes

sent millions of signals to the brain

to foresee, think and react

to draw wisdom in any aspect of seeing

a proof of Lord Greatness

of priceless gift

The Narnia Chronicles: Prince Caspian

Sebelum libur panjang kemarin, kebetulan sengaja minta teman kirim e-book The Chronicles of Narnia. She’s my constant supplier of e-book novels …thanks ya Mpus J. Meskipun telah ditulis C.S Lewis dalam kurun waktu 1949 s.d 1954, baru sekarang dapat kesempatan baca sekaligus nonton filmnya (The Lion, The witch and The Wardrobe). Novel ini terdiri atas 7 cerita anak yang saling menyambung dan terhubung satu dengan yang lain, The Lion, the witch and the Wardrobe, Prince Caspian, The Voyage of the Dawn Treader, The Silver Chair, The Horse and His Boy, The Magician’s Nephew ; The Last Battle. Saat menulis di blog ini baru sempat baca, Prince Caspian, The Voyage of the Dawn Treader dan The Last Battle…sedangkan yang pertama I had to pass it because I already saw its movie…so I will read it after finishing the rest.

Kebetulan pas browsing di internet sempat sejumlah ulasan tentang novel tersebut oleh sastrawan lainnya semacam JK Rowling, Phillip Pullman, Neil Gailman. Masing-masing punya interpretasi sendiri ; ada yang mengkaitkan dengan Kristenisasi, rasialisme, paganism, bahkan feminism or sexism. Wow… I think their review was so hard for me. So diputuskan membacanya untuk kesenangan karena many fantasy and tales in the stories. J

Prince Caspian, the return to Narnia of former pensivies children, Peter, Susan, Edmund an Lucy. Pada cerita pertama mereka menemukan Narnia lewat Wardrobe di rumah Professor Kirke, nah di seri kedua ini mereka ditarik kembali ke Narnia pada saat menunggu kereta di train station platform untuk menuju sekolah. Tiba-tiba saja mereka terdampar ke hutan belantara lebat tanpa penghuni. Pada akhirnya mereka sampai ke reruntuhan Cair Paravel, istana tempat mereka tinggal saat menjadi Kings and queens of Narnia. Pada awalnya mereka tidak percaya bahwa Cair Paravel yang baru mereka tinggalkan setahun seperti telah terlantar selama ratusan tahun, namun saat mereka menemukan kamar rahasia mereka tempat menyimpan harta dan pusaka, barulah mereka tersadar bahwa mereka telah kembali ke Cair Paravel setelah ratusan tahun berlalu (beda waktu Narnia world dan dunia nyata sangat jauh). Peter kembali menyandang perisai dan pedangnya, Susan menemukan busur serta anak panah (sementara magic horn hilang saat mereka kembali ke dunia nyata di seri pertama)dan Lucy dengan magic healing bottle. Tentang apa yang menimpa Narnia, mereka berniat mencari tahu.

Saat berusaha mencari jejak Narnia yang tersisa, mereka bertemu dengan Trumpkin, seorang dwarf yang hendak ditenggelamkan di laut oleh dua manusia tidak dikenal. Dari Trumpkin lah, Peter the high king dan saudaranya tahu tentang kejadian mengerikan yang menimpa Narnia. Trumpkin selanjutnya bercerita tentang Prince Caspian yang menyuruhkan mencari pertolongan.

Prince Caspian X merupakan putera Raja Caspian IX yang berada di bawah asuhan pamannya, King Miraz dan isterinya. Oleh karena pamannya tidak memiliki putera, maka Prince Caspian lah yang kelak mewarisi Narnia. Di masa kecilnya, Caspian banyak mendengar legenda Narnia dengan Kings dan Queens di masa kejayaannya di mana para hewan berbicara, dwarfts, giants, myriads, forest nymphs, hidup damai dari pengasuhnya. Namun, saat bangsa Telmarine menyerbu Narnia, mereka berusaha menghilangkan segala jejak penghuni Narnia sebelumnya. Sejak saat itu, Narnia di bawah kekuasaan King Miraz menangkap the talking beasts, dwarfts, giants dsb. Penghuni Narnia bagi sebagian orang hanya merupakan dongeng khayal belaka.

Saat Caspian menanyakan kebenaran cerita tersebut, King Miraz marah besar dan mengusir pengasuhnya. Sejak itu Caspian dilarang membicarakan tentang Narnia dan belajar di bawah asuhan doctor Conellius yang ternyata menjadi penasehat sekaligus teman baik Caspian. Lewat doctor Cornellius, Caspian mendapatkan kebenaran tentang Narnia termasuk the Great Lion, Aslan dan bagaimana kejamnya pamannya termasuk pembunuhan terhadap ayah dan teman-teman loyalnya oleh King Miraz. Sebelum pergi, Cornellius memberikan the magic horn yang dapat ditiup apabila Caspian is really in great need for savior.

Nyawa Caspian berada di ujung tanduk saat istri King Miraz hamil sehingga kelak menjadi pewaris tunggal kerajaan. Doctor Cornellius membantu upaya pelarian Caspian ke great mountains. Di sinilah Caspian bertemu dengan talking beasts, dwarfs, giants’ diantaranya Trufflehunter the badger, Nikabrik and Trumpkin the dwarfs, Pattertwig, Glenstorm the Centaur, Reephiceep the mouse, weembleweather the giant, and so forth. Para penghuni Narnia lama bersumpah setia membantu Caspian melawan King Miraz.

Pertempuran sengit segera terjadi. Jumlah yang tidak seimbang memaksa Caspian dan kawan-kawannya mundur ke Aslan’s How (tempat Aslan dibunuh the White Witch). Di saat genting inilah, Caspian meniup the magic horn dan pada saat itulah keempat anak penvensies terseret kembali ke Narnia. Caspian menugaskan Trumpkin untuk menunggu dan mencari keempat anak tersebut di reruntuhan Cair Paravel.

Selanjutnya, Peter, Susan, Edmund dan Lucy memulai perjalanan mereka ke Aslan’s how dengan Trumpkin. Dalam kebingungan karena kehilangan arah, muncul Aslan, the great lion, memandu perjalanan mereka menuju Caspian. Saat telah bertemu, siasat segera diatur. Duel antara King Peter The High King dan King Miraz of Telmarine tidak terelakkan seperti saat terjadi pertempuran sengit antara The white witch dan Peter…Kisah ini merupakan petualangan Peter dan Susan yang terakhir karena they’re getting older, no longer children… (namun di Last Battle, Peter muncul kembali)

Secara keseluruhan cerita ini sangat menarik karena berbagai karakter hewan dan tokoh legenda baik mitologi Yunani maupun dongeng lama muncul seperti Centaur, Faun, dwarfts. Ide cerita tetap sama yakni kebaikan melawan kejahatan yang sudah jelas pemenangnya. Pesan moralnya jelas dan lugas.

Namun pada The Last Battle, the end of Narnia, I could only excited in half of the whole chapters…namun pas sudah sampai pada terbukanya pintu (yang kalau dalam opiniku, pintu ke after life di mana terdapat dua tempat; the villains go to sufferings, the righteous ones go to paradise) jadi kurang menikmati jalan cerita. It’s a little bit twisted in the end… unsur teologi cukup kental masuk ke jalan cerita... semua former kings and queens of Narnia bertemu kembali kecuali Queen Susan sebab menurut Peter “she’s no longer a friend to Narnia…” She's interested in nothing nowadays except nylons and lipstick and invitations. She always was a jolly sight too keen on being grown-up…” Semua anggota keluarga Susan tewas dalam kecelakaan sehingga Peter, Edmund, Lucy, Eustace, dan Jill berada di Narnia afterlife forever, sedangkan nasib Susan selanjutnya tidak diketahui Sebuah ending yang mungkin susah bagi anak-anak buat mencernanya.

Ehm...pengin segera nonton Prince Caspian yang katanya segera beredar di bioskop...ingin membandingkan dengan bukunya...biasanya kalau novel ratusan halaman diterjemahkan ke dalam film, hasilnya kurang maksimal alias a little bit dissapointed tapi kalau bukunya tipis, hasilnya kurang lebih good

Sweeney Todd : A Demon Barber of Fleet Street

Sebuah film adaptasi dari drama musical Stephen Sondheim Sweeney Todd pada abad 19 (1847) yang sangat tidak disarankan bagi mereka yang tidak tahan terhadap adegan berdarah-darah dan kesadisan. Sebuah film yang pada awalnya bikin minat terus menonton menciut...untung ada Jhonny Deep (kualitas aktingnya tidak diragukan lagi), jadi terus meneruskan nonton sampai akhir. Wow, it was the most tragic, gothic as well as scarry film I have ever seen so far. Sebagian plot dan alur mengingatkan pada novel yang difilmkan The Count of Monte Cristo by Alexander Dumas. Keduanya sama-sama bertumpu pada revenge and vengeance karakter utama terhadap orang-orang yang telah menghancurkan hidup mereka. Tapi yang membedakan adalah endingnya, Edmon Dante pada akhirnya mampu berdamai dengan keinginan balas dendam sehingga menumbuhkan pengampunan, sedangkan Benjamin Carter (Sweeney Todd) was consumed by his vengeance sehingga berakhir tragis lewat kematian istrinya sendiri ditangannya, not to mention he almost killed his own daughter…in the end, his death was tragic.

Paruh pertama feeling so bored karena keseluruhan gambar dibuat gloomy sehingga nuansa gothic dan kelam mewarnai…mengingatkan pada film Jhonny Deep Corpse Bride (ehm…kebetulan sama-sama diarahkan oleh director yang sama Tim Burton, mungkin memang doi suka dengan gambar gloomy seperti itu or mungkin karena memang penggambaran seperti itu mendukung keseluruhan cerita yang gothic). Ditambah dengan banyaknya nyanyian dan less dialogues …ya iyalah wong namanya juga musical film like Phantom of the Opera or Evita, dan cerita yang masih samar sedikit bikin keki…Nah mulailah terkuak siapa itu Sweeney Todd. Diawali adegan di atas kapal antara Sweeney Todd dan anak muda penolongnya, Anthony, kembali ke kota asalnya New York…lewat adegan kilas balik terkuat bahwa nama asli Sweeney adalah Benjamin Carter, tukang cukur kenamaan yang hidup sempurna dan bahagia dengan istrinya yang sangat cantik, Lucy, dengan bayi perempuan yang cantik. A treacherous judge, Judge Trupin (diperankan oleh Alan Rickman, Prof Snape dalam Harry potter) terpesona oleh kecantikan Lucy dan menfitnah Carter sehingga dibuang dari kota tersebut. Selama 15 tahun di pengasingan, Carter berniat kembali untuk membalas dendam dan kembali bersama keluarganya. Saat melarikan diri inilah, Carter diselamatkan Anthony, yang merupakan seorang sailor. Dan dimulailah rencana pembalasan dendamnya dengan diawali mengubah jati dirinya menjadi Sweeney Todd. Tentu saja Carter tidak menceritakan maksud dan tujuannya ke new York.

Saat mengunjungi bekas rumahnya, Todd bertemu dengan Mrs Lovett, penjual pie daging yang tinggal di bawah rumah kontrakannya dahulu. A strange connection was slowly built between the two. Dari Mrs Lovett, Todd memperoleh kabar bahwa sepeninggalnya, Judge Turpin terus merayu Lucy namun gagal. Hingga niat jahatnya berhasil memerangkap Lucy berikat bantuan asistennya. Lucy selanjutnya bunuh diri dan anak mereka jatuh ke dalam asuhan Judge Turpin. Semakin kuat niat Todd untuk membalas dendam dan bertemu anaknya. Yang tidak diketahuinya bahwa Mrs Lovett punya rahasia sendiri yang baru terkuak pada akhir cerita sebagai penyebab kematian tragis Sweeney…sebuah kenyataan yang mengerikan.

Membalas dendam tidaklah mudah bagi Todd karena Jugde Turpin was the most powerful man in the city. Sementara untuk bertahan hidup diperlukan uang. Munculnya a creepy idea between Mrs Lovett dan Todd…sementara belum bisa meneruskan niatnya, Todd membuka warung cukur…dan these men fell into his trap…sebab mereka dijadikan sebagai fresh meat supply buat pie Mrs Lovett. Adegan selanjutnya bisa ditebak, darah mengucur deras dari setiap korban, dan expressionless Sweeney Todd saat melakukan penjagalan ( another great acting of Jhonny). Adegan demi adegan yang membuat a weird funny feeling at your stomach alias mual apalagi saat menyaksikan bagaimana para pelanggan kedai pie tersebut dengan lahap menyantap pie daging (kalau tahu terbuat dari daging manusia pasti pingsan ). Dendam telah membutakan mata hatinya sehingga dia menjelma sebagai demon barber of Fleet Street. Dan cinta telah membutakan Mrs Lovett ke jurang yang sama.

Sementara itu Anthony tanpa sengaja bertemu Joanna, puteri Todd, yang telah tumbuh remaja dan jatuh hati. Anthony bertekad hendak membebaskan Joanna dari cengkeraman Judge Turpin dengan meminta bantuan Sweeney Todd (Anthony masih belum tahu kebenaran tentang Joanna dan Sweeney). Kisah semakin menarik dan menegangkan saat aksi Anthony ketahuan hingga mengakibatkan Joanna dikirim ke RS Jiwa oleh Judge Turpin sebagai hukuman karena menolak menikahinya dan mengkianatinya.

Cerita mencapai klimaks saat Judge Turpin berhasil jatuh dalam genggaman Swenney Todd dan saat pengemis wanita yang selalu menyatroni kediaman Mrs Lovett dating. Pengemis ini berkali-kali beteriak tentang kejahatan mengerikan yang sedang dilakukan Mrs Lovett. Anthony pada saat bersamaan berhasil membebaskan Joanna dari RS dan membawanya ke kediaman Sweeney Todd. Pada saai itulah kisah tragis yang mengerikan terjadi. Ehm…bagaimanakah nasib Joanna dan Anthony, Mrs Lovett dan Sweeney Todd, dan siapa sebenarnya pengemis wanita tersebut? Well… you have to watch it yourself to finish the story J.

Acting Jhonny Deep memukau di film ini…benar-benar mampu menghayati dan menyatu dengan karakter Sweeney Todd. Pun demikian dengan acting Helenan Boham carter sebagai Mrs Lovett. Apabila dililhat dari kualitas acting, pengambaran scene dan plotting, film ini menarik untuk dilihat…but for adults only. Tapi kalau dilihat dari sisi pesan, aku lebih suka film Count of Monte Cristo…revenge yang berakhir dengan mercy dan forgiveness…lebih apik dan elegan. Tapi di film ini pesannya a bit too vulgar dan gothicrevenge that was not accompanied by forgives would consumed your whole life …and it would lead you to a tragic death. Kalau salah mengartikan yang tertangkap hanyalah kilasan kesadisan dan kekejaman si demon barber.

Tuesday, March 18, 2008

COMMON SENSE VS MORAL PRINCIPLES

"First and foremost, we should be governed by common sense. But common sense should be based on moral principles first. And it is not possible today to have morality separated from religious values."

This sentence was coming from Vladimir Vladimirovich Putin, a former KGB Agent of soviet communist, and now former President of Rusia. A voice from a world leader of former communist country that reflected the true. Common sense, moral values and religious values are three components that should not stand alone.

So often, it can be seen that common sense is put forward while leaving the moral principles rooted in the religious values. Wars, dispute, terror and similar trend are taking place because so many decison makers based their desion solely on common sense. Common sense that guarantees certain interests of a certain country, a certain group, a certain religious belief. Common sense that serve their only interest while look others as a mere hindrance. Then, it becomes a misled commonsense since it abandons the morale values.

Chaos and wars are now slowly taking place. Each sees others as enemy. Their common sense is disrupted as a result of of the absence of such morale values.

A wise man learns from his mistake. I beleive we all have to learn from now on that the three components can not separated from each other...towards a better world...

SANG PEMIMPI

Akhirnya, siang ini dengan gemilang merampungkan buku kedua Andrea Hirata, Sang Pemimpi. Semula menduga kisah ini melanjutkan perjalanan panjang Ikal dengan anggota laskar pelangi lainnya. Ternyata, novel ini meskipun tetap dengan gaya dan pola bercerita yang sama, menampilkan tokoh-tokoh baru yang menemani perjalanan Ikal setelah lulus SMP, Arai si Simpai Keramat, dan Jimbron.. Buku ini menggugah semangat pembacanya agar tidak menyerah mengejar mimpi meskipun halangan dan rintangan menghadang. Kemiskinan, kemelaratan dan ketidakmustahilan ternyata tidak melunturkan mimpi ketiga sahabat tersebut hingga akhirnya mimpi terjawab lewat keyakinan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Tidak kalah menarik dengan buku pertama, permainan kata yang indah dapat ditemukan pada setiap bab Ehm, tidak salah jika Andrea disebut sebagai seniman kata-kata.

Petualangan Ikal kali ini ditemani oleh Arai, saudara sepupu sekaligus sahabat terbaiknya yang setelah ditinggal mati kedua orangtuanya jatuh dalam asuhan keluarga Ikal. Arai memiliki otak cerdas, senang membantu dan menyenangkan hati orang lain, pantang menyerah dan banyak akal alias cerdik …ehm kadang sedikit gokil. Arai mengingatkan aku pada Lintang di Laskar Pelangi. Di saat kritis saat Ikal hampir kehilangan semangat dan mimipi, Arai tidak pernah lelah menyuntikkan semangat

“Biar kau tahu Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semaangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu!”

Atau saat Arai pantang menyerah mengambil hati pujaan hatinya, Nurmala, dengan mencoba belajar bernyanyi dan bergitar…yach meskipun hasilnya kacau balau dan menggelikan toh akhirnya dengan cerdik dia bisa mengakalinya. Sementara itu Jimbron merupakan yang paling lemah soal kecerdasan diantara bertiga. Sejak menyaksikan kematian ayahnya, mendadak gagap, lugu namun rajin luar biasa, memiliki obsesi luar biasa terhadap kuda serta rasa setia kawan.

Tiga anak melayu dari pulau pedalaman Belitong, Ikal, Arai dan Jimbron bermimpi untuk melanjutkan sekolah mereka hingga ke Perancis, menjejakkan kaki mereka pada Universtitas Sorbonne, menjelahi Eropa, bahkan sampai ke Afrika. Kemiskinan, keterpencilan, dan keterbatasan tidak menghalangi untuk mengejar mimpinya. Mereka tak menyerah pada nasib dan keadaan mereka, bagi mereka mimpi adalah energi bagi kehidupan mereka masa kini untuk melangkah menuju masa depan yang mereka cita-citakan.

“Kita lakukan yang terbaik di sini!! Dan kita akan berkelana berkelana menjelajahi Eropa dampai Afrika!! Kita akan sekolah ke Prancis!! Kita kaan menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne! Apapun yang terjadi!!”

Bertiga mereka bekerja keras untuk mengumpulkan receh-receh demi mimpinya mulai menjadi tukang selam di padang golf hingga terakhir menjadi kuli ngambat di pelabuhan di mana mereka bersama-sama menyewa lost kontrakan dan bekerja mulai dari jam dua pagi. Yach, mereka bekerja keras sambil bersekolah di SMA Negeri Bukan Main di Magai, 30 km dari desa mereka. sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya mereka bekerja mulai dari penyelam di padang golf, office boy di sebuah kantor pemerintah hingga akhirnya bekerja sebagai kuli ngambat, yang bertugas menunggu perahu nelayan tambat dan memikul tangkapan para nelayan itu ke pasar ikan.

Persahabatan dan kesetiakawanan di antara mereka begitu erat sama halnya dengan Laskar Pelangi. Saat Ikal dan Arai berniat merantau ke Jakarta selepas lulus SMA demi mengejar mimpi, Jimbron meyerahkan kedua celengan kuda kesayangan yang telah diisi sejak mereka bekerja untuk menambah biaya hidup kedua rekannnya. Pada saat itu, Ikal dan Arai baru menyadari bahwa kedua celengan tersebut memang telah lam dipersipakan Jimbron bagi mereka.

“Dari dulu tabungan ini memang kusiapkan untuk kalian…kalian lebih pintar, lebih punya kesempatan untuk sekolah lagi…Pakailah uang itu, kejarlah cita-citamu…”

Tiba di Jakarta, Ikal dan Arai malah kesasar sampai ke Bogor. Gonta ganti pekerjaan demi menyambung hidup pun dilakoni, menjadi salesman alat-alat dapur, karyawan kontrak pabrik tali, tukang fotokopi. Setelah sekian lama, Ikal berhasil lolos seleksi menjadi karyawan tetap PT POS sebagai juru sortir sementara Arai akhirnya merantau ke Kalimantan dengan hanya meninggalkan sepucuk surat. Ikal berhasil melanjutkan pendidikan di UI, sementara Arai entah bagaimana nasibnya. Selepas wisuda, Ikal berjuang mendapatkan beasiswa S2 ke Eropa dan saat interview yang menegangkan sesuatu tak dinyana terjadi. Arai muncul …sungguh jalinan kisah melawan ketidakmungkinan yang mengharu biru seperti semangat mentalitas Capo Lam Nyet Pho,

“Capo adalah seorang pendobrak…Possibility, itulah mentalitas Capo: Positif dan percaya pada semua kemungkinan?”

Akankah Ikal dan Arai lolos seleksi dan sang pemimpi berhasil merealisasikan mimpinya? Well…you have to read the complete story yourself J

Namun ada ganjalan di benak saat selesai membaca. Mengapa Arai sama sekali tidak disinggung dalam buku pertama padahal Arai muncul dalam kehidupan Ikal sejak dia kelas 3 SD? Terus mengapa juga tidak ada satu pun anggota lascar pelangi yang disebut dan muncul dalam buku kedua ini (kecuali Lintang yang memang telah disebutkan drop out)? Kemanakah Flo, Sahara, Syahdan, Mahar, A Kiong, Samson dll? Tak satukah yang berhasil diterima di SMA Negeri Bukan Main?

Kisah-kisah Ikal, Arai dan Jimbron seperti halnya dalam buku pertama dirangkai terkadang tidak sambung menyambung atau terkesan lepas satu sama lain (meskipun dalam beberapa bab terdapat sambungan) dalam setiap episode namun semuanya terikat oleh benang merah yang sama. Inilah kecerdasan Andrea dalam merangkai potongan-potongan memoar dalam setiap bab yang akhirnya menyatu dalam satu kesatuan seperti puluhan mozaik yang apabila disatukan tercipta suatu karya yang sangat indah dan bernilai tinggi. Meskipun, tidak banyak lagi istilah-istilah science dan keilmuan, namun kelucuan dan humor masih menghiasi seperti dalam episode Bioskop, Action, Pangeran Musti Raja Brana, When I fall in love.




The Art of A Critic

A colleague said to me during a meeting, perhaps it was a critic, that i was too defensive in my presentation... that it would close any door for improvement as i was building a high wall to protect my ideas from any constructive critic...lol Ehm, where did he get that misleading conclusion? Me, being too defensive...refusing others' ide...wow that's not likely me... Perhaps I was a little bit defensive but didn't you think that in giving a presentation, you had to stand up for your ideas?

Then, yesterday, he gave me another blow by criticizing the way I’ve done my report. Again, his rather cynical remark made me too defensive. It made me think it over and over again. Am I too defensive and close all the doors for my improvement? What makes him jump into that conclusion, I mean there’s must be source for his accusation. May be, he’s right, I’m too proud to admit that I was wrong. Or it was merely a defensive shield against a predator as I felt I was being intimidated :-(

I try to discern things related to the matter in a way that I will do a self-introspection as well as a critical examination. I come to the conclusion that he does not master the art of criticisms too well. This makes anyone being criticized becoming too defensive because the offense he inflicts on them. I believe if he gave a constructive criticism to my work in an elaborate way (by proper choice of words and tone…eliminating the sense of his being superior …plus avoiding an attacking statement…the right words on the right time to the right people), I would not react that way. I mean if we believe what we do is right, don’t we have to stand for it? We have to argue and debate with intention to find the true and not forcing one’s idea on another’s. It's like taking a defensive shield of a deer against the hungry tiger...lol

This is the tips for making elaborate constructive criticisms:

1. Be sure that you choose the right dictions

2. Be sure you are not trying to force your own idea over him/her as the truth is still somewhere to find

3. Don’t make her/him feel being intimidated or being lectured

4. Don’t use any attacking statement

5. Stay focus that the goal is to find the best practice

Monday, March 17, 2008

Surat dari Iraq

Sahabatku,

saat malam menjamah

mosnter mengerikan yang tak terbayang mengintai

mencari mangsa tanpa pernah pilih

bersenjata cakar setajam pisau dan mata segarang singa lapar

aku mengigil ketakutan dalam kengerian

nafasku tercekat mengelepar

dalam dekapan malam yang kiat pekat

Sahabatku,

tahukah kamu dunia di mana aku hidup?

dunia yang dipenuhi bau anyir darah

berhiaskan merah saga menyala

desingan peluru dan ledakan bom setiap saat mengelegar

saat bagian tubuh terserak dan terlempar

saat burung nazar berpesta pora bagai setan

Sahabatku,

saat fajar menyingsing

aku takut bukan kepalang

mendengar derap sepatu lars

dentuman roda raksasa tank dan panser

salak senapan yang membahana

Sahabatku,

adakah kau bisa menatap duniaku?

dunia yang penuh darah dan airmata

dunia yang mengerikan tak terperi

di mana kau tak lagi waras berpikir

tentang hidup ataupun masa depan

Sunday, March 16, 2008

PEACE FOR IRAQ

Mothers cried

fathers mourned

echoed throughout the streets

piercing the thickest walls and fortresses

calling out for peace

A brother

held his little sister

dripped in blood

soaked in unaccountable wounds

run to nowhere

lost his mind

A sister

pulled his little brothers

from rumble and debris

amids the rain of bullets and canons

felt nothing but emptiness

they cried out for peace

that once had flourished there

where cildren were lullabied

with one thousand and one night stories

where scholars of the world

satisfied their thirst for knowledge

in the many libraries and universities

in the most cultivated civilization

peace for Iraq

peace for the world

end the war

All You Have To Do Is ASK

It's really surprising that people tend to violate one's rights to obtain theirs. The more ridiculous is when you actually can ask politely, instead you take it behind one's back. Eventhough it's not a big thing to ask but the way in obtaining...the way how it violates one's privacy is far too annoying...it's not what you take that matter but it's more on how you get it. My parent always reminded me that if you wanted to take something from someone, you should first sought for a permission...it's just a simple principle but it provided a kind of morale guide in life.

Still It's hard to beleive that so many people think that's it's OK to get something from someone even if the permnission has not yet been granted. It makes me think that sometimes I live on the other planet... a planet where norms and principles are vice versa with mine...

OLEH-OLEH YOGYA

Aneka macam kue dapat ditemukan di sepanjang jalan yogya mulai dari Bakpia 25, Bakpia 75, dsb...Seperti Solo, semua harga cukup terjangkau

KULINER YOGYA

Udang bumbu pedas, kerang kecap manis, bawal goreng...salah satu andalan menu restaurant Jimbaran di Yogyakarta...rasannya wow...gurih banget...rasanya hampir sama waktu makan di Sea Side Restaurant di Jimbaran Bali :-)

apalagi sambalnya...wow muantap ...

Voice on Iraq

There’s no victory

Neither glory nor Fame

In every life that was snatched away

In every cry of children

Of mother and father

Over shed of blood

Of the innocents

There’s no bravery

Neither courage nor patriotism

in each scream

in each gunshot

that pierced through civilization

left nothing but destruction

There’s no piece

Attained by bloodshed

Campaigned by war

Disguised into protection against terrorism

Hear the cry

Hear the mourn

Of a mother

Of a father

Who walked with emptied hope

Over the life they had dreamt about once

1000 B.C

Dua hal yang membuat aku ingin sekali nonton 1000 BC

1. 1. Roland Emmerich sebagai director sekaligus writer soalnya doi terbukti mampu menghadirkan film-film epic yang magnificent (Independence Day, The Day After Tomorrow)

2. 2. Ceritanya sepertinya menarik, typically Disney movieso in my opinion, it must have been entertaining. 1000 B.C is about nomads and what life was like during the ice age. Looks pretty interesting to me

Waktu nonton ternyata partly true, special effect seperti biasa memukau terutama saat adegan para mammoth mengamuk dan pertarungan manusia dengan mammoth, serta kucing besar (Sabertoothed Cats) …seperti nyata. Tapi jalan ceritanya too ordinary dan predictable karena banyak dijumpai dalam film lain, mengingatkan aku akan film garapan Mel Gibson Apocalypto. The movie will managed to entertain you for a good couple of minutes and visually is mesmerizing, but it will not satisfy you completely.

Film ini bercerita tentang perjuangan D’leh, anak pemburu mammoth, dalam memperjuangkan cinta Evolet. Diawali dengan ditemukannya seorang gadis kecil bermata biru yang kemudian dibawa ke desa suku pemburu di mana ayah D’leh merupakan kepala pemburu yang disegani. Old Mother atau peramal semacam oracle di Matrix, meramalkan bahwa nasib desa pemburu mereka akan sama dengan nasib desa Evolet yang dihancurkan four legged demons. Bersamaan dengan datangnya four legged demons, a hero will arise, dan akan mengubah desa pemburu selamanya…dan hero ini akan berjodoh dengan Veolet yang berarti the beginning of life… A hero yang akan mucul saat perburuan mammoth terakhir yang akan memenangkan the white spear yang diberikan kepada pemburu tertinggi. Pada saat itu, D’leh pertama kali melihat Evolet dan jatuh hati.

Ayah D’leh’s tidak percaya dengan ramalan ini dan berupaya mencari jalan lain agar kaumnya terlepas dari kelaparan akibatbadai salju yang terus dating. Tanpa memberitahu yang lain, dia pergi meninggalkan D’leh di bawah asuhan TicTic, sahabat terbaiknya. Pemburu lain menganggap ayah D’leh seorang deserter dan memandang rendah D’leh termasuk anak lelak TicTic. Dalam kesedihan, D’leh menemukan consolation pada Evolet dan berjanji mereka akan selamanya bersama.

Pada saat perburuan mammoth terakhir, D’leh tanpa sengaja berhasil membunuh salah satu mammoth dan berhak mendapatkan white spear dan evolet. Namun, D’leh mengembalikannya pada TicTic sebab dia merasa tidak pantas (D’leh tidak membunuhnya dengan courage tapi factor luck saja). Pada pagi setelah perayaan, four legged demons muncul dan menghancurkan desa mereka, menculik Evolet dan para pria pemburu. Ternyata four legged demons adalah para pengedara kuda yang menculik semua lelaki muda daris setiap suku untuk dijadikan budak (ehm…sayangnya sampai akhir film aku tidak bisa mencerna sebenarnya mereka diperbudak oleh suku apa dan peradaban apa???? motifnya sama dengan penculikan para lelaki di Apoclaypto). hanya wanita dan anak-anak, D’leh dan TicTic yang tersisa. Dengan doa dari Old Mother D’leh dan TicTic memulai perjalanan mereka mencari Veolet dan para pemburu lain melintasi gurun es dan pasir. Di perjalanan ini pula D'leh menemukan kebenaran tentang ayahnya. salah seorang kepala suku bercerita bahwa ayahnya singgah di desa mereka dan mengajari bahasa kaum D'leah...pada saat ayanhnya hendak kembali dengan membawa bibit tanaman pangan ke desa, four legged demon riders menculik dan akhirnya membunuhnya.

Perjalanan penuh marabahaya harus mereka hadapi saat bertemu sabertoothed cats dan para pemburu kejam yang menculik para pria.Perjalanan yang menempa keberanian dan jiwa heroic D’leh sehingga dia dipercaya suku-suku lain sebagai pemimpin untuk membebaskan para budak yang ditawan di Snake Eye. Dipercaya bahwa daerah tersebut diperintah Dewa yang tidak bias dibunuh kecuali oleh pria yang bicara pada sabertoothed cat. Dan D’leh secara tidak sengaja berhasil menyelamatkan hewan buas tersebut saat sam-sam terperangkap dalam parit jebakan sehingga saat hewan tersebut hendak memangsa TicTic dan suku lain, D’leh menagih janji hewan tersebut agar melepaskan mereka.

Maka gabungan sejumlah suku dipimpin D’leh menyerbu dan membebaskan para tawanan. Sayangnya tidak ada unsur surprise dalam tiap jalinan cerita sehingga kurang greget. Dengan mudah D’leh membunuh Dewa yang ternyata Cuma seorang tua dengan lemparan tombak. Veolet yang mati terkena panah, eh hidup kembali dengan pertukaran nyawa Old Mother…walhasil happy ending semua…except for the ticTic family yang tidak menyisakan satu anggota keluarga pun. D'leh dkk kembali pulang membawa bibit tanaman pangan yang mengubah hidup kaumnya dari kaum pemburu menjadi kaum yang bercocok tanam.


Apabila ingin melihat kehidupan 10000 B.C, film ini kurang menggambarkankannya baik secara historis maupun biologis… Apocalypto is far more accurate dan detil …. Sebagai tontonan yang menghibur mungkin film ini cukup berhasil dengan tampilan gambar dan visual effect yang indah dan bagus (tapi visual effect The World after tomorrow lebih dasyat)

AYAT-AYAT - THE MOVIE

Meskipun gak ada niatan nonton filmnya dari awal (coz lihat trillernya aja sudah so certain kalau bakal beda jauh ma novelnya...that's one of my most favourite novels), akhirnya tercapai kompromi minggu lalu dengan suami. Kita nonton dua film sekaligus, pertama Ayat-Ayat Cinta (AAC) yang suami ngebet pengin nonton dan 1000 B.C, salah film yang ada dalam list my next to watch.

Setelah nonton memang beda jauh dengan novel aslinya...i should have known :-(. Keindahan Mesir sama sekali tidak tergambar, bahkan mahatab (KRL Mesir) suasananya mirip kalau kita naik KRL Express Bekasi atau Bogor...plus wong settingnya di Negara Mesir tapi kok jarang lihat penduduk yang punya face mesir. Belum lagi karakter Noura yang kupikir sangat gak pas diperankan Saskia, habis wajahnya Indonesia banget padahal dalam novel gak gitu...satu-satunya yang paling bagus akting dan pas soal karakter dan wajah adalah Carrisa Putri....Aisha terlalu agresif dan agak centil (lain banget ma di novel...) dan masih banyak kejanggalan soal karakter dan setting tempat (waktu di kampur Al Azhar, kayak lihat aula kampus UI). Terus banyak cerita dan adegan di novel yang di cut habis2an sehingga terkesan pesan yang terselip cuma melulu soal cinta lawan jenis...eh, ada tambahan cerita yang malah gak ada di novel, yakni soal poligami Fahri dengan Aisha dan Maria...Tokoh Maria dihidupkan lebih lama sehingga mereka bertiga hidup dalam satu atap cukup lama. Padahal, meskipun Fahri memang menikahi Maria, tetapi usai memberikan kesaksian di persidangan, Maria langsung collapse dan meninggal setelah mengucapkan dua kalimat syahadat....

Adegan mata melotot, saling caci maki dan kekerasan brutal sama sekali tidak ada dalam kisah ini (kecuali adegan pemukulan Bahadur terhadap Noura dan Fahri dipenjara; namun memang konteksnya jelas) seperti halnya sinetron dan film Indonesia lainnya. Kualitas gambar juga bagus dibanding terakhir nonton film Indonesia Mendadak Romantis. Karakter-karakter yang terlalu sempurna dalam novel dihadirkan secara lebih realistis dalam film...lebih membumi. Tokoh Fahri yang sangat super sempurna diperlihatkan juga memiliki sisi kelemahan dan keraguan saat menghadapi cobaan hidup, Aisha yang juga sempurna dihadirkan sebagai sosok wanita ceria yang pencemburu, manja dan Maria ...well, dia sepertinya malah yang digambarkan terlalu sempurna...

Dilihat content film dibanding dengan film Indonesia lain yang lagi marak (horror, cinta picisan dan yang lebih menyedihkan komedia seksual murahan macam Extra Large dan Kawin Kontrak), film ini boleh dibilang revolusioner seperti halnya Nagabonar (but i think Nagabonar is a bit higher)...adegan mesra pacaran lawan jenis yang melibatkan cium peluk, ranjang sama sekali tidak ada. Adegan romansa dikemas apik oleh Hanung sehingga meskipun tidak ada istilah pacaran dalam keseluruhan film, sentuhan cinta kasih dapat terlihat jelas... elegan dan sama sekali gak murahan. Mungkin ini bisa menjadi contoh atau pelajaran bagi generasi muda saat ini yang terlanjur terkena imbas budaya barat bahwa pacaran harus disertai cium, peluk dsb bahkan free sex mulai merajalela...naudzubillah.

Kesuksesan film ini yang fenomenal juga ditunjang kesuksesan novelnya yang telah membahana beberapa tahun sebelumnya. Bahkan mereka yang sudah nonton filmnya tapi belum baca novelnya sekarang ingin membacanya (termasuk suami dan teman-temanya :-)

Kesimpulannya, jika ingin menonton film ini, janganlah berharap terlalu banyak sesuai dengan novelnya...tapi lebih baik dilihat dari kacamata penonton yang sama sekalil belum baca novelnya...Film ini boleh jadi menjadi angin segar ditengah film-film bertema cinta yang dipenuhi adegan peluk, cium dan any sexual activity...sebuah film yang cukup apik dan elegan

Thursday, March 13, 2008

Final Work...

Eh... at last, the work is done. This is my last day in this office and soon i'll fly back home...

After a series of debate and arguing with some of the old fashioned employees here (the term old fashioned here refers to people with archive point of view of thinking), I could finally get my report and enclosures printed. I had to sleep late for doing the work each night here . As a result, i suffered lack of sleep and a degrading stamina. But the good news, all was completed on time as i hated being rush in the final day....

Still, I managed to go to Bringharjo for two consecutive days during rest hours...got plenty of stuff to wear

Well...the girls are back...so have to keep working now....

To be continued.

Wednesday, March 5, 2008

Less Enthusiastic Trip

Next week, I have to go to Yogya for a week. Unlike my other trips, this one is less enthusiastic as i've been there many times. Futher, i get a liitle bit cranky at my workplace lately that makes the whole mood turn into a bursting storm sometimes.

Anyway, job is always a job...can not deny it. So i'll try to focus on my work and hopefully the outcome is good...especially my mood... :-)

Monday, March 3, 2008

TEARS FOR PALESTINA

Mothers cry

Fathers mourn

Tears run dry

over the many sons

buried in blood of oceans

taken into hostage

A land of holliness

a witness of a sacred journey

a symbol of humanity

Now, lost in tears

drown in fears

turned into a land of mass masacre

of the many sons

of the many daughters

of the many more innocent lives

A killing field

for a blood thirsty agrresor

blakest eyes of the fiercest beasts

masked into a false disguise

Sunday, March 2, 2008

DUA CERMIN

Sabtu kemarin melihat dua kejadian yang sangat bertolak belakang, ibarat surga dengan neraka, kebaikan dengan keburukan, hitam dengan putih. Bagaikan berdiri pada dua buah cermin besar yang mengharuskan kita untuk memilih salah satu dari dua gambar yang terpantul pada wajah cermin. Dua pilihan yang seharusnya mudah untuk dilaksanakan namun sangat sulit dilakukan dalam pratiknya. Mengapa? Karena dalam lorong yang terapit dua cermin ini berseliweran berbagai aneka ragam gambar yang bisa berubah dalam sekejab sehingga kita mudah tertipu. Alih alih memilih yang benar, seringkali kita terjerumus.

Yang pertama saat melihat dan mendengar legendaris rock tanah air Bangun Sugito atau lebih populer Gito Rollies menghadap Sang Pencipta. Begitu banyak pelayat yang meneteskan air mata ikut luruh dalam keharuan atas kepergiannya mulai dari kalangan artis, agamawan maupun tokoh masyarakat lainnya. Ini membuktikan begitu besar rasa kehilangan atas diri beliau. Kita tentu masih ingat dalam berbagai tayangan televisi saat beliau sakit melawan kanker getah bening yang dideritanya, semangat dakwahnya tidak menyurut sedikitpun. Bahkan meskipun dengan badan kepayangan dan harus memakai kursi roda, beliau tetap menjalankan kegiatan dakwah, bahkan dokter merekomendasikan beliau untuk bed rest total. Dengan teguh beliau tetap berprinsip bahwa selama nafas masih ada, manusia diwajibkan untuk terus menjalankan kewajibannya, istirahat hanya berlaku bagi yang telah meninggal...sungguh suatu pernyataan yang sangat mengugah hati.

Setelah lebih dari 30 tahun berkecimpung dalam dunia gelap, berkawan dengan narkoba dan alkohol, Sang Khalik masih memberikan waktu bagi beliau untuk bertaubat. Suatu kesempatan yang terbukti tidak sedikitpun beliau sia-siakan. Waktu yang baginya tidak akan pernah ditukar dengan apa pun kecuali mahfirah dan ampunan-NYA. Cita-citanya untuk meninggal saat berdakwah kini telah terkabul. Begitu banyak kalangan masyarakat menyaksikan transformasi dari seorang rocker pecandu obat dan narkoba menjadi sosok pendakwah...perubahan seratus delapan puluh derajat...banyak kenangan terpatri dalam diri seorang Gito Rollies. Banyak orang mungkin berharap seperti dia, bertaubat sebelum maut menjemput...diberi waktu sebelum sang maut mencabut nyawa. Semoga beliau tergolong mereka yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah.

Sementara itu di berbagai media hari Sabtu lalu diberitakan diketemukan sepasang pria wanita yang mati di dalam mobil yang diparkir di pantai wilayah Ancol. Diperkirakan mereka telah meninggal selama 3 hari sebelum diketemukan. Na'udzubillah mindzalik, keduanya sedang melakukan perbuatan zina pada saat sang maut merenggut nyawa. Lelaki tersebut merupakan salah pemeriksa senior di salah satu lembaga tinggi negara yang telah sejak Senin dicari kerabatnya, istri dan anak-anaknya. Sungguh sangat malang nasibnya karena dia menyia-nyiakan waktu yang telah diberikan Illahi Rabbi dan terlena dengan perbuatan nista nan keji. Alangkah pilu perasaan anggota keluarganya mengetahui bahwa orang yang dikasihi meninggal dengan cara tragis seperti itu, meninggal saat berasyik masyuk dengan wanita lain di dalam mobil karena keracunan gas. Semoga Alloh Swt menjauhkan adzab serupa kepada kita.

Ada banyak sekali godaan dalam hidup ini, harta, tahta dan wanita. Beruntung apabila kita mampu terhindar dari silau duniawi dan celaka apabila kita terbujuk rayu rayuan setan. Dua pelajaran berharga saat melihat dua kejadian yang bertolak belakang tersebut yakni jangan sia-siakan waktu dengan perbuatan nista dan bertaubat mumpung masih bernafas. Semoga kita digolongkan kepada mereka yang bertaqwa dan selalu istiqomah di jalan-NYA.