Wednesday, September 30, 2009

AIR TERJUN SEKAR LANGIT-GRABAG, MAGELANG - 210909


Air terjun sekar langit yang berada di kaki merbabu ini merupakan tempat yang cocok untuk berwisata, airnya yang dingin, dengan udara yang sejuk dan pesona alam yang masih asli menjadikan air terjun ini sebagai tempat bagi para penikmat alam atau pun untuk sekedar berwisata bersama keluarga, kerabat atau pun teman. Sayang, obyek wisata ini belum dikelola dengan sunguh-sungguh oleh Pemda setempat terlihat dari masih minimnya fasilitas dan pemandangan sekitar yang masih terkesan semrawut.

Kicauan burung burung liar diiringi gemuruh air yang jatuh menjadikan suasana tempat ini semakin mempesona dan asri.Air terjun diwilayah grabag ini dapat diakses dengan kendaraan roda dua atau empat, dari arah magelang maupun salatiga. Jalan yang berliku diantara pegunungan dan hutan menjadikan perjalanan menuju tempat ini semakin mempesona. Apabila belum puas dengan pemandangan alam di sini, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan wisata ke Kopeng yang hanya berjarak tempuh kira-kira 1/2 jam dari sini.

Mengunjungi air terjun ini merupakan hajatan rutin tahunan pas berkunjung lebaran ke rumah Nenek yang berada di Desa Sejaran, Tempel, Grabag. Dari rumah Nenek, lokasi air terjun ini bisa ditempuh dengan waktu 10 menit menggunakan motor. Ada dua air terjun di lokasi ini. Air terjun sekar langit atas dan air terjun sekar langit bawah. Yang banyak dikunjungi adalah yang di bawah karena pemandangannya yang lebih menarik.

Biasanya aku dan suami berjalan kaki ke air terjun yang atas sambil menikmati hamparan pegunungan dan bukit yang mengelilingi desa nenek. Biasanya pas ke sini lagi musim panas kayak gini sehingga kebanyakan sawah ditanami jagung. Namun ada pula yang menanam sayur kol...sungguh asrik menikmati sejuknya udara dan pemandangan alam yang masih perawan ini setelah lelah penat tinggal di kota besar.



WISATA KE GUNUNG KELUD-27-09-09

Hari ketiga menghabiskan waktu di Kediri, diputuskan untuk berpetualang ke Gunung Kelud. Meskipun kaki masih pegel luar biasa setelah dari Dolo, tetap nekat daripada harus mendekam di rumah mertua dan diinterogasi soal anak, lol.

Jarak tempuh ke Kelud kata suamiku lebih pendek dibanding ke Dolo. Tapi ternyata informasinya tidak akurat, haiyahhhhhhhh... Membutuhkan sejam lebih untuk mencapai titik puncak pemberhentian di Kelud. Jalanan yang harus ditempuh meskipun derajat kelokannya tidak ada yang sedasyat di Dolo, tapi ini lebih mengerikan. Kiri kanan jurang yang ujungnya tidak kelihatan...sempat begidik ngeri, tapi pasrah saja. Di tengah puncak, sempat berpapasan dengan Panther yang tidak kuat menanjan dan hanya puas untuk berhenti di tempat pemberhentian terendah sehingga penumpangnya musti sabar menanti angkutan wisata Kelud yang dioperasikan. Si Pica ternyata tetap tangguh sehingga berhasil menaklukan medan super berat ini.. thanks to the driver... and my loyal beloved Pica, lol.
Meluncur pukul 10.00 dan sampai medan sekitar pukul 11.15.

Udara sejuk menyentuh dingin yang berhembus saat berkendara sirna kala kaki mulai menjejakkan gunung ini...puanas luar biasa...kakak ipar bilang lebih enak kalau musim hujan (meskipun resiko longsor lebih tinggi dan medan makin berat karena seringkali berkabut) karena udaranya dingin meskipun siang hari. Untung bawa payung..tidak peduli dibilang norak atau 'aleman', yang penting terik surya tidak langsung menyentuh ubun-ubun, bisa dehidrasi...parahnya kali ini bekal minum kurang alias super minim.

Jalan turun ke anakan Kelud yang baru tidak terlalu jauh...cuma butuh waktu lima menit. Ehm, yang terlihat hanya gumpalan batu dan pasir yang bertumpuk menyerupai gunung diselingi asap putih yang sesekali keluar dari sela-selanya. Tidak ada yang istimewa...lebih indah hamparan lautan hijau yang kini telah menghilang musnah. Untungnya, landscape dan pemadangan sekitar gunung ini luar biasa indahnya. Meskipun panas, tetap semangat.

Setelah jeprat jepret sana sini, perjalanan diteruskan ke gletser panas (wong gletser kok panas, lol) alias sumber air panas yang katanya muncul setelah ledakan tahun 2007 lalu. Lokasinya tidak jauh dari anakan Kelud ini, tapi untuk mencapai lokasi ini harus menuruni anak tangga yang super puanjang melebihi ribuan ular sanca digandeng sambung menyambung...Pengalaman di Dolo terulang lagi. Dengan kaki hampir kram dan air minum habis, kami tetap teruskan perjuangan ini, lol. Setelah 45 menit karena beberapa kali musti tarik nafas dan meregangkan kaki, kami berhasil mencapai sumber air panas ini..indah nian...kelokan air berbuih putih diliputi dengan asap putih yang terus mengepul. Pas menyoba mencelupkan kaki, Masyallah...puanas banget...baru tersentuh dikit langsung terloncat kaget...Mungkin panasnya seperti kuah indomie yang baru matang direbus... Yang lebih menakjubkan, berdampingan dengan sumber air panas ini, etrdapat aliran air yang sedingin air es...kok bisa ya...sungguh maha karya Sang Khalik memang tiada banding...


Sejenak duduk di bawah perdu rindang yang tumbuh di kanan kiri aliran sungai ini sambil memandangi hiruk pikuk pengunjung lainnya, sekalian meluruskan kaki. Nah, pas naik kembali ini yang ngos-ngosan...agar pikiran teralihkan terus merayap naik sambil menghitung jumlah anak tangga...kerongkongan serasa terbakar karena kehausan dan kepala mulai nyut-nyutan. Keluarga kakak ipar dan dua ponakanku untungnya tidak ikutan turun... so it's only me and my husband... lucu kali kalau dingat lagi, berdua berjalan tertaih-tatih layaknya sepasang kaki nini..lol. Total jumlah anak tangga 580.. wow dalam hitungan jam artinya kami telah naik turun anak tangga sebanyak 1160...lebih banyak 3 kali lipat dari anak tangga di G. Bromo.


But the breathtaking landscape and scenery was worth going. They were the perfect creation of the Divine... a master piece that not even Da Vinci could excel ...

Tuesday, September 29, 2009

BERWISATA KE AIR TERJUN DOLO, KEDIRI - 260909





















Liburan lebaran 1430 H kali ini sengaja diajak ke obyek wisata Air Terjun Dolo. Kabupaten Kediri sebenarnya memiliki beberapa air terjun yang cantik namun suami belum sempat sekali pun mengajak berkunjung ke salah satunya hingga akhirnya tahun ini terlaksana. Salah satu air terjun di Kediri adalah Air Terjun Dolo. Tempat wisata ini terletak di dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo,Kediri. Jarak tempuh dari Kota Kediri ke arah barat, kurang lebih 25 kilometer yang kami tempuh dengan Si Pica kesayangan kurang lebih sejaman. Meski agak jauh, tapi pemandangan di sepanjang jalan menuju lokasi terbilang sangat indah dengan pemandangan pepohonan gunung aneka jenis. Sayang, lagi musim kemarau sehingga rerumputan banyak yang meranggas... kata kakak ipar, apabila musim hujan, pemandangannya lebih luar biasa. Jalanan menanjak dengan variasi sudut kelokan 45, 60, bahkan ada yang hampir 80 derajat...wah, ngeri pas melewatinya. Untungnya, kakak ipar telah terbiasa dengan medan yang cukup berbahaya ini dan Si Pica tidak rewel.

Tiba di Besuki, sembari melepas lelah pengunjung isa menikmati panorama di Desa Jugo, Mojo,di sekitar menara pemancar relay televisi dan telepon seluler. Disana pengunjung bisa menemukan Air Terjun Irenggolo. Namun, kakak ipar bilang pemadangangan dan air terjunnya biasa saja jadi kita berkendara terus. KAmi melanjutkan perjalanan ke Dolo. Jarak tempuh dari Besuki sekitar 4 kilometer. Sampai di titik pemberhentian, setelah terlebih dahulu menyantap segelas teh hangat, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menuju air terjun. Jalan yang kita lewati terbuat dari bebatuan yang desainnya dipadu dengan lingkungan sehingga kesan alami tetap terjaga. Jalanan menuju air terjun terus menanjak turun...ternyata sangat jauh...untung pakai sandal gabus jadi agak tak berasa... kurang lebih kami harus kira-kira 45 menit-an jalan menurun (jarak tempuh agak lama, karena seringkali kami ternegah-engah dan istirahat dulu melepas lelah, kalau tanpa henti mungkin bisa ditempuh selama 1/2 jam). Sepanjang jalan, di kanan kiri pepohonan hutan liar tumbuh subur. Kalau dilihat-lihat kita seperti sedang menyusuri Tembok Cina kali ya...Apalagi di saat-saat tertentu, suara kicau burung terdengar tanpa henti.Meski capek, but it's worth it.

Setelah kurang lebih 45 menit menapaki jalan lambat laun kita akan mendengar gemricik air terjun. Letak kawasan wisata air terjun ini kurang lebih 1.800 meter di atas permukaan laut. Sedang ketinggian air terjunnya sendiri diperkirakan mencapai 125 meter. Begitu mendekati air terjun ini,kita langsung merasakan butiran-butiran air terjun yang sebagian terbang mengikuti angin. Suara gemuruh airnya seperti melengkapi sensasi Air Terjun Dolo. Sayang, debit air di puncak musim kemarau ini sangat kecil sehingga air terjunnya kurang maksimal keindahannya.

Ponakan dan Suami serta ipar asyik bermain air di bawah air terjun, sementara aku mencoba mencari obyek-obyek untuk diabadikan...Paling enak duduk di atas batu besar, mendengar gemericik air ditengahi kicau burung sambil melihat ponakan-ponakan kecilku bermain ria...

Ternyata Kediri memiliki obyek wisata yang lumayan ya. Bagi mereka yang tidak tahan jalan jauh, pasti akan menemukan perjalanan bolak balik ke bawah dan atas ini kurang menyenangkan...karena keesokan harinya kedua kaki ku pegel bukan kepalang...Nah, bagi yang suka foto pemandangan alam liar nan eksotis, tempat ini cukup menarik untuk dikunjungi. Biaya masuk pun relatif super murah dibanding Jakarta atau kampung halamanku, Solo dan sekitarnya... setiap kepala cuma ditarik Rp. 2.000,- Nah murah banget kan. Plus, pedagang di sini tidak main pukul harga, sepiring indomie goreng cuma dihargai 2.000...So, lumayan hemat buat kocek tapi menawarkan keindahan yang luar biasa

Saturday, September 5, 2009

LIFE IS A MAZE


Staying at today...doing nothing... I really miss activities I've done during fasting... a kind of energy charging. Then, it stopped...well, it's a common problem for any women. I must not say a problem actually, but a gift from The Creator... a moment of a leave, lol.

Then, I flipped my old phone address book and found one long friend I have not contacted in years. A few click on the buttons, dialing the number.
"Hello? Who's this?" Then started the conversation.
During my absence, there's so many changes took place. It's been three years she lost her husband in an accident, and her only son died one year later. It's so sad to hear this and the most painful is I was not even there to lend her a hand. I must admit that she's a tough woman. We talked a lot and promised we would see each other after Idul Fitri.

The conversation with this friend suddenly brought back the memories of some of my friends. I have some friends who were in serious problem in their marriage, one already divorced about two years ago. I met with one of them recently. It's kind of sad to hear their stories. I remembered when my husband and I took an oath years ago, to share life together in happiness and sadness...to cherish and to love each other till death do us part... it was a sacred moment...the first big leap I've made in my life. We had passed our 4th anniversary. And I know that many problems came on our way during our togetherness... Alhamdulillah, we are still in a family. It's not quite easy to manage the flame alive. We have always to try our best ... so far we are on the same track.

Great gap in character sometimes brought many problems... reminds me of the recent divorce of famous celebrity in my country. It's hard to align two different characters if all were too stubborn or too selfish... a simple humble man will be hard to live with a glamorous, active woman and vice versa ... To survive, I think we need to find a balance either in personality or in knowledge (self-learning)...Even, when you think you know the man/woman you married, you'll be surprised to see him/her in elapsing time. Love is not a constant element...it changes along the way...depends how it is cultivated. No matter how long you've been dating your partner before marriage, it is not a guarantee that the marriage would last forever. And I am kind of a non believer that the longer you date (means the longer you know your partner personality), the greater chance the marriage survive. I believe that we will never know the true about our partner until we married him/her. I think it is the combination of love, luck, understanding,and destiny that would seal our marriage attached in one piece. Just like a business, it takes a great management skills to survive... and the most vital ingredient is our same vision and wisdom based on religious pillars... that's a conclusion I deduct from their stories...

And along the way I pray that my marriage would survive the time... just like my Mom and Dad... They are truly an inspiration...my husband and I still have so much to learn...to become a matured couple...it's not easy but we promise we will never give up ... to come to the final oath of sacred matrimony takes great strength and courage, but to maintain the oath takes greater...

Wednesday, September 2, 2009

A Shocking Earthquake

Death is just a distant away, how strange it may be yet so true, no one escape his presence, young old man woman rich poor, sooner or later the day will meet the fate, no fortress nor prison wall stop the finality....