Thursday, May 24, 2007

My Poems Compilation

April 30, 2007

Sahabat



Saat hati ini tersayat luka
kau sekejab duduk di sampingku
lalu pelan kau berkata
'aku akan petik bulan di langit untukmu'
aku bertanya
aku tidak ingin bulan
kau menjawab
tapi kau suka cahayanya
yang selalu kutatap tanpa kedip
sampai kau menari dan tertawa
aku ingin petik bulan di langit senja
agar kau bisa menari dan tertawa
tanpa takut ia menghilang lenyap

aku bertanya lagi
mengapa? apa yang kau inginkan sebagai imbalan?
lalu kau menjawab lagi tanpa bosan
Ah bodoh kau
aku tak ingin apapun darimu
aku tak ingin hatimu
aku tak ingin tubuhmu
aku tak ingin jiwamu
aku hanya ingin kau tertawa
menari bersama bulan
itu sudah cukup bagiku

Aku heran dengan jawabmu
makin aku tak mengerti
lalu kau berkata lagi
aku ada jika kau bahagia
aku ada jika kau berduka
aku hadir saat kau tertawa
aku hadir saat kau menanggis
tapi aku lebih menikmati hidup
jika kau bahagia dan tertawa
karena kau adalah temanku

Aku menatapmu dalam bisu
diam seribu bahasa
kita berdua menatap bulan
yang telah kau petik dengan asa
aku mulai mengertimu
tapi aku ragu
apakah aku bisa sepertimu



APRIL 30, 2007

Teman Diujung Jalan



Aku rindu kalian
teman di ujung jalan
saat kita berbagi tawa dan duka
setiap menapak aspal dan bebatuan
susuri tepi hari dari hari ke hari
saat tak ada maksud sembunyi
saat teman adalah teman
bukan teman di dalam suka
atau teman di dalam duka
pun teman terselubung makna

Aku sangat rindu kalian
teman di ujung jalan
yang selalu ada di penghujung langkah
saat tiada lagi yang mengaku teman
atau pun layak disebut teman

Aku mati merindukan kalian
yang selalu setia di ujung jalan
tiada muslihat apalagi tipu daya
Aku hidup merindukan kalian
berjalan bersama di penghujung jalan
melangkah diam dalam sepi
berbicara melalui hati
sampai tiba di gerbang waktu
tempat pertemuan kita yang abadi





APRIL 28, 2007

Perempuan Diujung Peron



Sore menjelang malam
Saat duduk diam menuggu kereta
seonggok buku di tangan yang tak terbaca
diseling riuh rendah hiruk pikuk lolongan ular besi
di tengah para pekerja yang hendak pulang
yang menyemut tanpa buntut

Perempuan itu duduk bersila
di ujung peron stasiun
rambutnya panjang terurai tak terurus
menutup sebagian wajah dan dadanya yang telanjang
Matanya menatap kosong
seakan itu hanyalah jasad tanpa jiwa
Perempuan itu diam tanpa suara
yang mungkin telah hilang tertelan waktu
dalam gelap lubang penuh ular berbisa

perempuan di ujung peron stasiun
diam bagai patung
tak bergerak
tak berteriak
tak menanggis

Perempuan itu membisu
saat aku menatap matanya
semburat amarah memercik di bola mata
sesaat kemudian menghilang
kembali tanpa makna
kereta melaju bagai kilat
menyibakkan rambut perempuan itu
hati berdetak cepat secepat kereta
saat melihat luka itu
tak terhitung jumlahnya
tak terkira perihnya


Perempuan diujung peron stasiun
Duduk bagaikan monumen di ujung dunia
yang terabaikan dan tersia
di tengah pongah kehidupan
di tengah dunia tanpa air mata
tersudut dan terhina
sendiri menatap sepi
hingga maut menyepi bersamanya
April 05, 2007
Pulau-Pulau Yang Terbuang


Pulau-pulau menggelepar
Menjerit merintih dan terkapar
menggelinjang kepanasan terbakar
mengaduh tanpa satu pun yang mendengar
teraniaya oleh sosok-sosok nazar
terhina dan terlantar

Pulau-pulau meregang nyawa
nafas tersenggal dalam luka
saat perutmu dibedah dan dibongkar
terserak pilu di setiap penjuru
saat nadimu dihunjam selaksa senjata
kerumunan nazar-nazar beton yang berderit

Nazar-nazar terus mengintai
mata nyalang seekor pemburu
berpatroli mencari mangsa
demi puaskan hasrat pribadi
nafsu keserakahan duniawi
nurani pun tergadai
mata hati mati
hingga iblis merajai

Pulau-pulau berguguran
bak pepohanan terlalap api
gersang tandus dan hampa
Sang tuan pun seolah tak perduli
mata buta telinga tuli
nurani tergadai tanpa peri
hilang tertelan gelap setan durjana
hingga pulau-pulau terserak
menunggu kerak kematian menjemput


March 25, 2007
My Greenly Homeland



When I was young
I saw little green Pasteur and prairies
Grass waved happily in a sunny day
Trees on the hillsides exposed their fresh greenly leaves
Butterflies danced around the rosebuds
Enchanted the world with their beauty
Nature sang a beautiful song
Such was my homeland

when time elapsed many years
I saw grey dried vast land
Hills were bare naked
Baked by the burning sun
Trees withered and died
Drought captivated all
Nature wept in sorrow
Sang a heartbreaking melody
That echoed throughout the wind

I sat on my knees
Tried hard to figure out what was going wrong
Sought an answer that was already there
I cried but tears didn’t come
For I knew well what was the cause
And I prayed to dear Lord
That it may not be late
To save what was dying

I was old now
Many changes taken place
There were no more trees or grass
Only concrete walls and skyscrapers
Stood arrogantly in what used to be my greenly homeland
Piercing through the skies
As if trying to challenge The Creator
Old as I was
Too tired to fight
Too exhausted with many defeats

I was dying
Together with my greenly homeland
No longer curious of what tomorrow would bring
For I knew very well now
I saw clearly now
That the future was dying
If no one cared no more

March 25, 2007

Death



When you stopped breathing
Pulse withered
Heart no longer beat
Blood began to froze
Breath choked in your throat
And the death drew your soul away
To leave your mortal shape
Your sentence was death
Beloved and friends mourned
Shed their tears for their lost
They escorted your lifeless form into the grave
Buried in dust and sand
Left you all alone in the Hand of The Justice
Kept your remembrance deep in their heart

When your heart felt numb
Incapable of feeling any emotions
Sensed nothing but emptiness
and it became dark as the night
your soul decayed inside
black as the blackest night
what was left only a heartless being
cursed by evil
and led into hell
beloved and friends grieved by you
shed tears for what you became
and cursed you until your death
you turned into zombie
alive yet dead


To You



To You,
I rest my hope and destiny
My sorrows and pains
My joys and laughter
Towards my designated fate

To You,
I lay my deepest gratitude
For the sorrows and pains
For the joys and laughter
For which I feel alive

To You,
I shed tears of a mortal
In the most gracious moments
When life fades away
When the lights dim away
When death approaches
And regrets come too late

To You,
I submit all the glories,
The trophies,
Left in a dust

To You,
I shall return
For the Judgment Day
When there’s nothing to hold on
But Your mercy and love

March 14, 2007

Grief



I grieved
for the land where i was born and raised
I mourned
for the lives that had been lost
snatched away from their beloved
by the force of negligent
some hypocrites and fortune hunters
who counted life as mere merchandise

i was so very mad
for those who called themselves people's representatives
who debated and argued
killed each other in the political scene
for their purpose only
and in the end no solution came in


March 14, 2007
The Dying Universe


The earth split in two
Worms and maggots shrieked in terror
the smell of decay was so strong
the odor spread so quick
Making any human turned in disgust
making the stomach danced crazily
the whirlwind rushed in the air
swirling and swirling in agony
the heaven was clouded in black
so thick and dark
Death wandered around
pierced into the very soul of the universe
the earth shaken in terror
frozen into a magnitude of silence
Who's to blame?
For the decay and the death of this earth
who's to turn to?
for the sheer tremor and horror
The earth is dying
Weeping in anguish
for the lost she never caused

March 13, 2007
Life Is



Life is happiness
Sadness
Madness
Joy
Blends into one symphony

Life is love
hate
jelousy
yearning
mixed into bitter sweet taste
of rainbow

Life is passion
desire
lust
combined in harmonious tone
You are not alive
Before tasting all these emotions
You are not capable of loving
Before you feel life inside you
You are dead
when one emotion emprison you
trap you inside
stop you from breathing
Life is love
Love is life

March 13, 2007
Terbang

Tubuhku ringan melayang
Bagai untaian kapas putih tersapu desir angin senja
Mengejar camar di samudera biru
Kepakkan sayap putihku
Dengan segenap rasa hati
Menyelinap di antara awan
Bersaing dengan camar yang menari bebas di angkasa

Ah... begitu indah dunia terlihat dari atas
Membias biru di bawah sinar lembayung
Pias paras sang matahari lembut menyapu
Ucapkan perpisahan menjelang sore
Nyiur kelapa melambai syahdu
Mengiringi debur ombak pantai memecah pantai

Ah … indahnya saat aku terbang
Begitu bebas lepas nikmati senja biru
Bersama riuh camar
Sambil mendengar bisikan angin sepoi
Terbang...
Lepas...
tanpa beban...
saat melayang...
sampai akhirnya terbuka mata...
saat kaki kembali menapak bumi...
butiran pasir putih menyisir...
seiiring buyar anganku...



MARCH 12, 2007
Mengejar baying

Berlari mengejar sang mentari
Warnanya elok keemasan
Membangkitkan gairah saat menyapa mata
Begitu indah bagai singasana raja surgawi
Hasrat ingin menyentuh dan merengut barang segumpal
Menyimpan dan mengunci dalam peti besi
Hingga ia tak bisa tercuri

Saat malam menyelimuti bumi
Hitam pekat tanpa warna dan gairah
Mencengkeram seiisi semesta
Warna emas pun pudar sirna tanpa bekas
Tergantikan sang dewi malam
Ingin mendekapnya dalam sunyi
Memasungnya hingga ia tak bisa pergi
Hingga sang malam pun menjadi milikku
Gelap berubah terang
Saat sang waktu memutar pagi
Menyebar warna keemasan yang memikat segala

Ah... begitu lelah diri berlari dan mengejar
Tapi hampa yang selalu di dapat
Tak ada sesuatu pun yang benar-benar dapat dimiliki
Tidak siang, juga bukan malam
Semua hanya bayang semata
Yang setia menemani namun tak pernah bisa teraih...

No comments: