Tuesday, February 26, 2008

LASKAR PELANGI - A MUST READ BOOK

Sudah lama ingin baca novel ini terutama setelah diangkat dalam Kick Andy. Mungkin sudah terlalu basi buat dibahas soalnya buku ini telah terbit sejak tahun 2005 dan kesohoran buku ini telah merambah seantero negeri. Terakhir baca novel sastra yang cukup berkesan saat baca karya Ayu Utami, Saman. Selebihnya agak males beli buku2 cerita baru yang kebanyakan didominasi teenlit, chicklit, dan banyak karya lain yang selalu menyangkut sex. Sempat baca Jangan Main-Main dengan Kelaminmu karya Djenar Maesa Ayu...wow, the language was too harsh for me... yang bikin aku finally tetap pada prinsip bahwa karya yang bagus adalah karya yang bisa dimengerti pembacanya, having moral lessons yang dapat meningkatkan pekerti manusia...that's my version of idea...

Nah salah satu yang masuk kriteria aku di atas adalah Laskar Pelangi. Setelah berjuang selama 2 minggu buat merampungkan di sela-sela perjalanan naik KRL PP Bekasi-Tanah Abang, akhirnya kelar juga bacanya. Kata pertama yang muncul di benak ialah LUAR BIASA, FANTASTIC... benar-benar menyentuh ... aku bisa dibuatnya tertawa, menanggis sekaligus terkagum-kagum. Kagum dengan persahabatan kesepuluh anak Belitong; Lintang yang super cerdas, ehm...seandainya gak drop out mungkin dia bisa melebihi kejeniusan Einstein kali ya J, Mahar dan Flo yang eksentrik, Syahdan dan Harun yang lugu, Sahara dan Samson yang garang, Kucai, Trapani dan Ikal. Mereka menamakan diri sebagai laskar pelangi karena kegemaran menikmati keindahan pelangi sambil bertengger di dahan-dahan fillicium di halaman sekolah Muhammadiyah.

Sebuah novel memoar masa kecil Adre Hirata yang begitu menggugah semangat bahwa keterbatasan bukan halangan untuk melahirkan para generasi yang cerdas dan berbudi. Sekolah yang memiliki fasilitas seadanya mampu melahirkan anak-anak yang luar biasa, anak-anak yang meskipun bersekolah di sekolah kampung yang terpinggirkan namun memiliki semangat juang yang luar biasa. Sebuah memoar yang mengambarkan peran luar biasa dari pahlawan tanpa tanda jasa, Bu Muslimah dan Pak Harfan. Meskipun digaji minim, bahkan sering tak digaji, tapi tetap menjalankan amanah dan gigih menanamkan budi pekerti luhur sebagai landasan hidup kelak dalam meniti kehidupan. Walhasil, hampir kepuluh laskar pelangi mampu memegang teguh prinsip-prinsip budi pekerti luhur dan ajaran agama yang kokoh sehingga tidak mudah tergelincir dalam meniti hidup...lihatlah nasehat Pak Harfan di awal pertemuan mereka hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya...

Kehidupan para laskar pelangi pun ibarat galuran pelangi nan indah yang beraneka warna.
Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah kampung di Belitong dengan fasilitas yang sangat terbatas bahkan minus, membuka pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Ada ultimatum bahwa apabila sekolah tidak mampu mengumpulkan minimal 10 murid baru, maka sekolah tersebut terancam tutup. Hingga saat-sat terakhir, hanya 9 anak yang mendaftar dan siap masuk kelas di hari pertama. Digambarkan bahwa di kalangan masyarakat Belitong yang kebanyakan kurang mampu
, menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada beban biaya yang harus ditanggung selama bertahun-tahun. Ini juga berarti tertutupnya kesempatan untuk mempekerjakan si anak secara penuh waktu demi membantu mengurangi beban hidup yang semakin berat...sebuah fenomena yang banyak kita jumpai di masyarakat kita saat ini yang semakin terpuruk akibat melambungnya harga-harga dan makin menggilanya biaya pendidikan.


Pada saat harapan sudah hampir pupus, Harun, seorang anak berusia 15 tahun dengan keterbelakangan mental, datang sebagai juru selamat karena ibunya enggan membiarkannya berkeliaran di rumah, dan SLB pun terlampau mahal dan tak ada di sana. Dalam peristiwa inilah, Ikal, narrator of the story yang merupakan Adrea, bertemu dengan Lintang, Mahar, Syahdan, A Kiong, Kucai, Borek alias Samson, Sahara, Trapani, dan Harun, Bu Muslimah dan Pak Harfa, guru penuh kasih namun penuh komitmen untuk mencerdaskan anak didiknya.

Berawal dari kelas bersepuluh inilah pertemanan mereka terbentuk dalam laskar pelangi. Berbagai kisah suka duka digambarkan dari kacamata Ikal dengan apik (meskipun kadang terlalu hiperbolik mengingat bertaburnya banyak bahasa Latin, istilah keilmuan dan puluhan nama tokoh-tokoh dunia yang kadang gak nyangkut di otak...ehm, ada Salvadore Dali, Rene Descartes, Bibal tower, Fillicium dsb)...petualangan di Pulau Lanum, pertemuan dengan Tuk Bayan Tula, hingga kisah romansa singkat Ikal dengan Aling yang meninggalkan buku Seandainya Mereka Bisa bicara yang berkisah tentang Herriot di Edensor...guess what, Edensor menjadi judul buku ketiga Andrea.

Pokoknya begitu mengugah dan keren habis :-)

No comments: