Sunday, April 13, 2008

TUHAN MASIH SAYANG DEWI

Hampir dua hari kemarin saat liburan semua stasiun TV menayangkan kehebohan berita soal Dewi Persik. Dulu soal pencolekan daerah terlarangnya oleh seorang pengemar pria, sekarang soal pencekalannya oleh sejumlah daerah Tangerang, Bandung dan Bekasi. Meskipun awalnya sempat mencak-mencak dan esmosi, toh akhirnya Mbak Dewi ini melumer juga. Itupun perlu telephone dari seorang Menpora.

Kalau dipikir, sebenarnya Tuhan itu masih sayang ma Mbak Dewi. Lihat saja banyak orang masih sayang terlihat dari banyaknya kritik dan teguran agar doi bisa tampil lebih elegan dan santun. Coba kalau Tuhan gak sayang, pasti ditegurnya nanti kalau semua sudah terlambat. Mungkin ini bersumber dari niatan doi untuk 'dicintai oleh Tuhan'. :-)

Anyway, kasus ini mengingatkan pada keinginan menkominfo untuk melindungi generasi penerus bangsa dari serangan virus amoralitas lewat situs-situs porno. Sebuah langkah yang tentu saja patut kita dukung karena memang tingkat degradasi moral anak bangsa telah sampai pada tahap yang bikin kita mengelus dada. Sayangnya langkah mulia macam ini tampaknya kurang koordinasi dengan departemen terkait lainnya, Departemen Agama, Menteri Pemberdayaan Wanita, dsb. Lha wong yang namanya tontonan TV, berita media massa seringkali ternodai oleh erotisme dan pornosisasi or pornoaksi. Seharusnya semua elemen terkait mampu bekerja sama secara simultan untuk mencegah maraknya pornoaksi dan pornografi, dan bukannya malah saling berdebat kusir soal istilah dan kategori pornografi dan pornoaksi.

Yang lebih menyedihkan adalah belum adanya awareness or conscience dari sebagain besar para pekerja seni, entah itu sutradara, artis, script writer etc soal tanggung jawab moral apa yang mereka kerjakan terhadap edukasi generasi muda. Lihat saja saat ini banyaknya film yang bertolak belakang dengan budaya ketimuran dan moralitas, film mistik yang mendangkalkan nalar dan religi, aksi panggung sejumlah penyanyi yang sangat berlebihan alias terlalu erotis. Semua berdalih atas nama kebebasan berekspresi dan berkreasi. Sebuah dalil yang selalu didengungkan bahwa seni terpisah dari nilai religius dan nilai moralitas. Sebuah dalil yang saya pribadi sangat tidak setuju. Setiap kebebasan terbentur pada hak dan kebebasan individu lain. Kebebasan haruslah disertai dengan tanggung jawab sosial dan moralitas sehingga tidak kebablasan sebagaimana bebasnya seekor hewan.

Kita rindu tayangan yang santun dan edukatif yang mampu meningkatkan kualitas mental dan daya pikir. Dan yang terpenting kita ingin pemerintah lewat departemen terkait memformulasikan satu langkah dan satu gerakan untuk menangkal degradasi moral yang semakin parah.

No comments: