Sunday, March 16, 2008

1000 B.C

Dua hal yang membuat aku ingin sekali nonton 1000 BC

1. 1. Roland Emmerich sebagai director sekaligus writer soalnya doi terbukti mampu menghadirkan film-film epic yang magnificent (Independence Day, The Day After Tomorrow)

2. 2. Ceritanya sepertinya menarik, typically Disney movieso in my opinion, it must have been entertaining. 1000 B.C is about nomads and what life was like during the ice age. Looks pretty interesting to me

Waktu nonton ternyata partly true, special effect seperti biasa memukau terutama saat adegan para mammoth mengamuk dan pertarungan manusia dengan mammoth, serta kucing besar (Sabertoothed Cats) …seperti nyata. Tapi jalan ceritanya too ordinary dan predictable karena banyak dijumpai dalam film lain, mengingatkan aku akan film garapan Mel Gibson Apocalypto. The movie will managed to entertain you for a good couple of minutes and visually is mesmerizing, but it will not satisfy you completely.

Film ini bercerita tentang perjuangan D’leh, anak pemburu mammoth, dalam memperjuangkan cinta Evolet. Diawali dengan ditemukannya seorang gadis kecil bermata biru yang kemudian dibawa ke desa suku pemburu di mana ayah D’leh merupakan kepala pemburu yang disegani. Old Mother atau peramal semacam oracle di Matrix, meramalkan bahwa nasib desa pemburu mereka akan sama dengan nasib desa Evolet yang dihancurkan four legged demons. Bersamaan dengan datangnya four legged demons, a hero will arise, dan akan mengubah desa pemburu selamanya…dan hero ini akan berjodoh dengan Veolet yang berarti the beginning of life… A hero yang akan mucul saat perburuan mammoth terakhir yang akan memenangkan the white spear yang diberikan kepada pemburu tertinggi. Pada saat itu, D’leh pertama kali melihat Evolet dan jatuh hati.

Ayah D’leh’s tidak percaya dengan ramalan ini dan berupaya mencari jalan lain agar kaumnya terlepas dari kelaparan akibatbadai salju yang terus dating. Tanpa memberitahu yang lain, dia pergi meninggalkan D’leh di bawah asuhan TicTic, sahabat terbaiknya. Pemburu lain menganggap ayah D’leh seorang deserter dan memandang rendah D’leh termasuk anak lelak TicTic. Dalam kesedihan, D’leh menemukan consolation pada Evolet dan berjanji mereka akan selamanya bersama.

Pada saat perburuan mammoth terakhir, D’leh tanpa sengaja berhasil membunuh salah satu mammoth dan berhak mendapatkan white spear dan evolet. Namun, D’leh mengembalikannya pada TicTic sebab dia merasa tidak pantas (D’leh tidak membunuhnya dengan courage tapi factor luck saja). Pada pagi setelah perayaan, four legged demons muncul dan menghancurkan desa mereka, menculik Evolet dan para pria pemburu. Ternyata four legged demons adalah para pengedara kuda yang menculik semua lelaki muda daris setiap suku untuk dijadikan budak (ehm…sayangnya sampai akhir film aku tidak bisa mencerna sebenarnya mereka diperbudak oleh suku apa dan peradaban apa???? motifnya sama dengan penculikan para lelaki di Apoclaypto). hanya wanita dan anak-anak, D’leh dan TicTic yang tersisa. Dengan doa dari Old Mother D’leh dan TicTic memulai perjalanan mereka mencari Veolet dan para pemburu lain melintasi gurun es dan pasir. Di perjalanan ini pula D'leh menemukan kebenaran tentang ayahnya. salah seorang kepala suku bercerita bahwa ayahnya singgah di desa mereka dan mengajari bahasa kaum D'leah...pada saat ayanhnya hendak kembali dengan membawa bibit tanaman pangan ke desa, four legged demon riders menculik dan akhirnya membunuhnya.

Perjalanan penuh marabahaya harus mereka hadapi saat bertemu sabertoothed cats dan para pemburu kejam yang menculik para pria.Perjalanan yang menempa keberanian dan jiwa heroic D’leh sehingga dia dipercaya suku-suku lain sebagai pemimpin untuk membebaskan para budak yang ditawan di Snake Eye. Dipercaya bahwa daerah tersebut diperintah Dewa yang tidak bias dibunuh kecuali oleh pria yang bicara pada sabertoothed cat. Dan D’leh secara tidak sengaja berhasil menyelamatkan hewan buas tersebut saat sam-sam terperangkap dalam parit jebakan sehingga saat hewan tersebut hendak memangsa TicTic dan suku lain, D’leh menagih janji hewan tersebut agar melepaskan mereka.

Maka gabungan sejumlah suku dipimpin D’leh menyerbu dan membebaskan para tawanan. Sayangnya tidak ada unsur surprise dalam tiap jalinan cerita sehingga kurang greget. Dengan mudah D’leh membunuh Dewa yang ternyata Cuma seorang tua dengan lemparan tombak. Veolet yang mati terkena panah, eh hidup kembali dengan pertukaran nyawa Old Mother…walhasil happy ending semua…except for the ticTic family yang tidak menyisakan satu anggota keluarga pun. D'leh dkk kembali pulang membawa bibit tanaman pangan yang mengubah hidup kaumnya dari kaum pemburu menjadi kaum yang bercocok tanam.


Apabila ingin melihat kehidupan 10000 B.C, film ini kurang menggambarkankannya baik secara historis maupun biologis… Apocalypto is far more accurate dan detil …. Sebagai tontonan yang menghibur mungkin film ini cukup berhasil dengan tampilan gambar dan visual effect yang indah dan bagus (tapi visual effect The World after tomorrow lebih dasyat)

No comments: