Tuesday, March 18, 2008

SANG PEMIMPI

Akhirnya, siang ini dengan gemilang merampungkan buku kedua Andrea Hirata, Sang Pemimpi. Semula menduga kisah ini melanjutkan perjalanan panjang Ikal dengan anggota laskar pelangi lainnya. Ternyata, novel ini meskipun tetap dengan gaya dan pola bercerita yang sama, menampilkan tokoh-tokoh baru yang menemani perjalanan Ikal setelah lulus SMP, Arai si Simpai Keramat, dan Jimbron.. Buku ini menggugah semangat pembacanya agar tidak menyerah mengejar mimpi meskipun halangan dan rintangan menghadang. Kemiskinan, kemelaratan dan ketidakmustahilan ternyata tidak melunturkan mimpi ketiga sahabat tersebut hingga akhirnya mimpi terjawab lewat keyakinan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Tidak kalah menarik dengan buku pertama, permainan kata yang indah dapat ditemukan pada setiap bab Ehm, tidak salah jika Andrea disebut sebagai seniman kata-kata.

Petualangan Ikal kali ini ditemani oleh Arai, saudara sepupu sekaligus sahabat terbaiknya yang setelah ditinggal mati kedua orangtuanya jatuh dalam asuhan keluarga Ikal. Arai memiliki otak cerdas, senang membantu dan menyenangkan hati orang lain, pantang menyerah dan banyak akal alias cerdik …ehm kadang sedikit gokil. Arai mengingatkan aku pada Lintang di Laskar Pelangi. Di saat kritis saat Ikal hampir kehilangan semangat dan mimipi, Arai tidak pernah lelah menyuntikkan semangat

“Biar kau tahu Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semaangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu!”

Atau saat Arai pantang menyerah mengambil hati pujaan hatinya, Nurmala, dengan mencoba belajar bernyanyi dan bergitar…yach meskipun hasilnya kacau balau dan menggelikan toh akhirnya dengan cerdik dia bisa mengakalinya. Sementara itu Jimbron merupakan yang paling lemah soal kecerdasan diantara bertiga. Sejak menyaksikan kematian ayahnya, mendadak gagap, lugu namun rajin luar biasa, memiliki obsesi luar biasa terhadap kuda serta rasa setia kawan.

Tiga anak melayu dari pulau pedalaman Belitong, Ikal, Arai dan Jimbron bermimpi untuk melanjutkan sekolah mereka hingga ke Perancis, menjejakkan kaki mereka pada Universtitas Sorbonne, menjelahi Eropa, bahkan sampai ke Afrika. Kemiskinan, keterpencilan, dan keterbatasan tidak menghalangi untuk mengejar mimpinya. Mereka tak menyerah pada nasib dan keadaan mereka, bagi mereka mimpi adalah energi bagi kehidupan mereka masa kini untuk melangkah menuju masa depan yang mereka cita-citakan.

“Kita lakukan yang terbaik di sini!! Dan kita akan berkelana berkelana menjelajahi Eropa dampai Afrika!! Kita akan sekolah ke Prancis!! Kita kaan menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne! Apapun yang terjadi!!”

Bertiga mereka bekerja keras untuk mengumpulkan receh-receh demi mimpinya mulai menjadi tukang selam di padang golf hingga terakhir menjadi kuli ngambat di pelabuhan di mana mereka bersama-sama menyewa lost kontrakan dan bekerja mulai dari jam dua pagi. Yach, mereka bekerja keras sambil bersekolah di SMA Negeri Bukan Main di Magai, 30 km dari desa mereka. sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya mereka bekerja mulai dari penyelam di padang golf, office boy di sebuah kantor pemerintah hingga akhirnya bekerja sebagai kuli ngambat, yang bertugas menunggu perahu nelayan tambat dan memikul tangkapan para nelayan itu ke pasar ikan.

Persahabatan dan kesetiakawanan di antara mereka begitu erat sama halnya dengan Laskar Pelangi. Saat Ikal dan Arai berniat merantau ke Jakarta selepas lulus SMA demi mengejar mimpi, Jimbron meyerahkan kedua celengan kuda kesayangan yang telah diisi sejak mereka bekerja untuk menambah biaya hidup kedua rekannnya. Pada saat itu, Ikal dan Arai baru menyadari bahwa kedua celengan tersebut memang telah lam dipersipakan Jimbron bagi mereka.

“Dari dulu tabungan ini memang kusiapkan untuk kalian…kalian lebih pintar, lebih punya kesempatan untuk sekolah lagi…Pakailah uang itu, kejarlah cita-citamu…”

Tiba di Jakarta, Ikal dan Arai malah kesasar sampai ke Bogor. Gonta ganti pekerjaan demi menyambung hidup pun dilakoni, menjadi salesman alat-alat dapur, karyawan kontrak pabrik tali, tukang fotokopi. Setelah sekian lama, Ikal berhasil lolos seleksi menjadi karyawan tetap PT POS sebagai juru sortir sementara Arai akhirnya merantau ke Kalimantan dengan hanya meninggalkan sepucuk surat. Ikal berhasil melanjutkan pendidikan di UI, sementara Arai entah bagaimana nasibnya. Selepas wisuda, Ikal berjuang mendapatkan beasiswa S2 ke Eropa dan saat interview yang menegangkan sesuatu tak dinyana terjadi. Arai muncul …sungguh jalinan kisah melawan ketidakmungkinan yang mengharu biru seperti semangat mentalitas Capo Lam Nyet Pho,

“Capo adalah seorang pendobrak…Possibility, itulah mentalitas Capo: Positif dan percaya pada semua kemungkinan?”

Akankah Ikal dan Arai lolos seleksi dan sang pemimpi berhasil merealisasikan mimpinya? Well…you have to read the complete story yourself J

Namun ada ganjalan di benak saat selesai membaca. Mengapa Arai sama sekali tidak disinggung dalam buku pertama padahal Arai muncul dalam kehidupan Ikal sejak dia kelas 3 SD? Terus mengapa juga tidak ada satu pun anggota lascar pelangi yang disebut dan muncul dalam buku kedua ini (kecuali Lintang yang memang telah disebutkan drop out)? Kemanakah Flo, Sahara, Syahdan, Mahar, A Kiong, Samson dll? Tak satukah yang berhasil diterima di SMA Negeri Bukan Main?

Kisah-kisah Ikal, Arai dan Jimbron seperti halnya dalam buku pertama dirangkai terkadang tidak sambung menyambung atau terkesan lepas satu sama lain (meskipun dalam beberapa bab terdapat sambungan) dalam setiap episode namun semuanya terikat oleh benang merah yang sama. Inilah kecerdasan Andrea dalam merangkai potongan-potongan memoar dalam setiap bab yang akhirnya menyatu dalam satu kesatuan seperti puluhan mozaik yang apabila disatukan tercipta suatu karya yang sangat indah dan bernilai tinggi. Meskipun, tidak banyak lagi istilah-istilah science dan keilmuan, namun kelucuan dan humor masih menghiasi seperti dalam episode Bioskop, Action, Pangeran Musti Raja Brana, When I fall in love.




No comments: