Sunday, March 23, 2008

The Narnia Chronicles: Prince Caspian

Sebelum libur panjang kemarin, kebetulan sengaja minta teman kirim e-book The Chronicles of Narnia. She’s my constant supplier of e-book novels …thanks ya Mpus J. Meskipun telah ditulis C.S Lewis dalam kurun waktu 1949 s.d 1954, baru sekarang dapat kesempatan baca sekaligus nonton filmnya (The Lion, The witch and The Wardrobe). Novel ini terdiri atas 7 cerita anak yang saling menyambung dan terhubung satu dengan yang lain, The Lion, the witch and the Wardrobe, Prince Caspian, The Voyage of the Dawn Treader, The Silver Chair, The Horse and His Boy, The Magician’s Nephew ; The Last Battle. Saat menulis di blog ini baru sempat baca, Prince Caspian, The Voyage of the Dawn Treader dan The Last Battle…sedangkan yang pertama I had to pass it because I already saw its movie…so I will read it after finishing the rest.

Kebetulan pas browsing di internet sempat sejumlah ulasan tentang novel tersebut oleh sastrawan lainnya semacam JK Rowling, Phillip Pullman, Neil Gailman. Masing-masing punya interpretasi sendiri ; ada yang mengkaitkan dengan Kristenisasi, rasialisme, paganism, bahkan feminism or sexism. Wow… I think their review was so hard for me. So diputuskan membacanya untuk kesenangan karena many fantasy and tales in the stories. J

Prince Caspian, the return to Narnia of former pensivies children, Peter, Susan, Edmund an Lucy. Pada cerita pertama mereka menemukan Narnia lewat Wardrobe di rumah Professor Kirke, nah di seri kedua ini mereka ditarik kembali ke Narnia pada saat menunggu kereta di train station platform untuk menuju sekolah. Tiba-tiba saja mereka terdampar ke hutan belantara lebat tanpa penghuni. Pada akhirnya mereka sampai ke reruntuhan Cair Paravel, istana tempat mereka tinggal saat menjadi Kings and queens of Narnia. Pada awalnya mereka tidak percaya bahwa Cair Paravel yang baru mereka tinggalkan setahun seperti telah terlantar selama ratusan tahun, namun saat mereka menemukan kamar rahasia mereka tempat menyimpan harta dan pusaka, barulah mereka tersadar bahwa mereka telah kembali ke Cair Paravel setelah ratusan tahun berlalu (beda waktu Narnia world dan dunia nyata sangat jauh). Peter kembali menyandang perisai dan pedangnya, Susan menemukan busur serta anak panah (sementara magic horn hilang saat mereka kembali ke dunia nyata di seri pertama)dan Lucy dengan magic healing bottle. Tentang apa yang menimpa Narnia, mereka berniat mencari tahu.

Saat berusaha mencari jejak Narnia yang tersisa, mereka bertemu dengan Trumpkin, seorang dwarf yang hendak ditenggelamkan di laut oleh dua manusia tidak dikenal. Dari Trumpkin lah, Peter the high king dan saudaranya tahu tentang kejadian mengerikan yang menimpa Narnia. Trumpkin selanjutnya bercerita tentang Prince Caspian yang menyuruhkan mencari pertolongan.

Prince Caspian X merupakan putera Raja Caspian IX yang berada di bawah asuhan pamannya, King Miraz dan isterinya. Oleh karena pamannya tidak memiliki putera, maka Prince Caspian lah yang kelak mewarisi Narnia. Di masa kecilnya, Caspian banyak mendengar legenda Narnia dengan Kings dan Queens di masa kejayaannya di mana para hewan berbicara, dwarfts, giants, myriads, forest nymphs, hidup damai dari pengasuhnya. Namun, saat bangsa Telmarine menyerbu Narnia, mereka berusaha menghilangkan segala jejak penghuni Narnia sebelumnya. Sejak saat itu, Narnia di bawah kekuasaan King Miraz menangkap the talking beasts, dwarfts, giants dsb. Penghuni Narnia bagi sebagian orang hanya merupakan dongeng khayal belaka.

Saat Caspian menanyakan kebenaran cerita tersebut, King Miraz marah besar dan mengusir pengasuhnya. Sejak itu Caspian dilarang membicarakan tentang Narnia dan belajar di bawah asuhan doctor Conellius yang ternyata menjadi penasehat sekaligus teman baik Caspian. Lewat doctor Cornellius, Caspian mendapatkan kebenaran tentang Narnia termasuk the Great Lion, Aslan dan bagaimana kejamnya pamannya termasuk pembunuhan terhadap ayah dan teman-teman loyalnya oleh King Miraz. Sebelum pergi, Cornellius memberikan the magic horn yang dapat ditiup apabila Caspian is really in great need for savior.

Nyawa Caspian berada di ujung tanduk saat istri King Miraz hamil sehingga kelak menjadi pewaris tunggal kerajaan. Doctor Cornellius membantu upaya pelarian Caspian ke great mountains. Di sinilah Caspian bertemu dengan talking beasts, dwarfs, giants’ diantaranya Trufflehunter the badger, Nikabrik and Trumpkin the dwarfs, Pattertwig, Glenstorm the Centaur, Reephiceep the mouse, weembleweather the giant, and so forth. Para penghuni Narnia lama bersumpah setia membantu Caspian melawan King Miraz.

Pertempuran sengit segera terjadi. Jumlah yang tidak seimbang memaksa Caspian dan kawan-kawannya mundur ke Aslan’s How (tempat Aslan dibunuh the White Witch). Di saat genting inilah, Caspian meniup the magic horn dan pada saat itulah keempat anak penvensies terseret kembali ke Narnia. Caspian menugaskan Trumpkin untuk menunggu dan mencari keempat anak tersebut di reruntuhan Cair Paravel.

Selanjutnya, Peter, Susan, Edmund dan Lucy memulai perjalanan mereka ke Aslan’s how dengan Trumpkin. Dalam kebingungan karena kehilangan arah, muncul Aslan, the great lion, memandu perjalanan mereka menuju Caspian. Saat telah bertemu, siasat segera diatur. Duel antara King Peter The High King dan King Miraz of Telmarine tidak terelakkan seperti saat terjadi pertempuran sengit antara The white witch dan Peter…Kisah ini merupakan petualangan Peter dan Susan yang terakhir karena they’re getting older, no longer children… (namun di Last Battle, Peter muncul kembali)

Secara keseluruhan cerita ini sangat menarik karena berbagai karakter hewan dan tokoh legenda baik mitologi Yunani maupun dongeng lama muncul seperti Centaur, Faun, dwarfts. Ide cerita tetap sama yakni kebaikan melawan kejahatan yang sudah jelas pemenangnya. Pesan moralnya jelas dan lugas.

Namun pada The Last Battle, the end of Narnia, I could only excited in half of the whole chapters…namun pas sudah sampai pada terbukanya pintu (yang kalau dalam opiniku, pintu ke after life di mana terdapat dua tempat; the villains go to sufferings, the righteous ones go to paradise) jadi kurang menikmati jalan cerita. It’s a little bit twisted in the end… unsur teologi cukup kental masuk ke jalan cerita... semua former kings and queens of Narnia bertemu kembali kecuali Queen Susan sebab menurut Peter “she’s no longer a friend to Narnia…” She's interested in nothing nowadays except nylons and lipstick and invitations. She always was a jolly sight too keen on being grown-up…” Semua anggota keluarga Susan tewas dalam kecelakaan sehingga Peter, Edmund, Lucy, Eustace, dan Jill berada di Narnia afterlife forever, sedangkan nasib Susan selanjutnya tidak diketahui Sebuah ending yang mungkin susah bagi anak-anak buat mencernanya.

Ehm...pengin segera nonton Prince Caspian yang katanya segera beredar di bioskop...ingin membandingkan dengan bukunya...biasanya kalau novel ratusan halaman diterjemahkan ke dalam film, hasilnya kurang maksimal alias a little bit dissapointed tapi kalau bukunya tipis, hasilnya kurang lebih good

No comments: