Sunday, March 30, 2008

EDENSOR

Seperti saat membaca 2 karya Andrea lainnya, saya seakan tersihir masuk ke dalam petualangan-petualangan anak bangka belitong ini. Bahkan boleh dibilang saya menikmatinya lebih dibanding dengan novel petualagan impor yang sedang marak di tanah air seperti Chronicles of Narnia, Bartimaeus Trilogy, etc. Alasannya mungkin karena bahasa dan wilayah yang sama sehingga terasa tak ada jarak, apalagi model penceritaan yang mengalir lepas dan tidak banyak diselipi kiasan atau metafora yang memaksa pembaca mengeryitkan kening. Khususnya, Edensor, tidak menggunakan istilah ilmiah sebanyak saat membaca Laskar pelangi.

Masih nyambung dengan kedua novel sebelumnya, Edensor merupakan kelanjutan petualangan Ikal dalam mengejar mimpinya atau lebih tepatnya menjalani mimpinya. Dimulai saat Ikal dan Arai sama-sama menerima beasiswa melanjutkan S2 ke Sorbonne university yang merupakan mimpi keduanya saat diperkenalkan oleh Pak Balia, guru SMA mereka.

"Murid-muridku, berkelanalah, jelajahi Eropa, jamah Afrika, temukan mosaik nasibmu di pelosok-pelosok dunia. Tuntut ilmu sampai ke Sorbonne di Prancis, saksikan karya-karya besar Antoni Gaudi di Spanyol..."

Di saat itulah, Ikal dan Arai tertantang untuk mewujudkan mimpi tersebut

"Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu..."

Hal kedua ingin diwujudkan Ikal adalah menemukan belahan hatinya, gadis tionghoa berwajah ayu dan berkuku indah, A Ling, yang menghilang semasa Ikal SMP. Gadis yang ditemui saat Ikal membeli kapur barus di Toko Kelontong Sinar Harapan (Laskar pelangi). Gadis yang memperkenalkan mimpi indah tentang Edensor lewat buku James Herriot, Seandainya Mereka Bisa Bicara.

Dalam novel ini, diceritakan secara lugas dan tanpa metafora yang membingungkan, diselingi satire humor di sana sini (ehm, terkadang membuatku tertawa geli) tentang perjalanan Ikal dan Arai menuju Sorbonne, hingga petualangan bacpackers mereka menjelajahi Eropa hingga Afrika. Pertemuan pertama di bandara Belanda dengan Ms. Fam Sommers yang baik hati, cantik dan energik (selanjutnya lewat kelihaiannya menyulap Ikal dan Arai menjadi 2 puteri duyung cantik agar bisa keliling eropa), dengan landlord di apartemen mereka yang sangat tidak bersahabat hingga mereka harus tidur di bawah pohon di bawah cuaca minus dan hampir mati kedinginanan.

Pertemanan Ikal dan Arai dengan pelajar dari berbagai bangsa dan budaya yang menjadikan sorbonne sebagai a university of life. Lewat mereka Ikal melihat berbagai budaya dan tipikal sifat dan karakter masing-masing, the brit, Stansfield, the american, Townsend, Katyana, si cantik dari jerman, Italia dsb. Banyak dialog humoris terselip sehingga membuat novel lebih hidup dan enak dibaca (sama banyaknya dengan Laskar Pelangi).

Lewat pertaruhan di holliday season, tanpa sengaja ide Ikal dan Arai untuk mengamen keliling Eropa dan Afrika menjadi euforia teman-temannya yang ikut tertantang. Masing-masing bertaruh untujk menjdi pemenang. Dari sinilah petualangan Arai dan Ikal dimulai dari Negara kincir angin, untuk menemui Famke Sommers yang berjanji membantu mereka mendapatkan ide ngamen. Walhasil, berdua mereka diubah menjadi 2 patung putri duyung yang cantik yang berdiri di pinggir jalan untuk recehan euro. Mereka hampir kehilangan nyawa di negara Balkan, Slavia, saat hendak dirampok. Luckily, Pak Toha yang asli Purbalingga came to rescue....wow, a real indonesian yang terpental ke negeri ini karena peristiwa gestapu 1966-1967. Atau saat Ikal dan Arai kelaparan dan kedinginan di Negeri Beruang Merah sehingga terpaksa memamah biak dedaunan. Pertemuan Ikal dengan wanita yang menginspirasi pencarian namanya Andrea Galliano, di Italia, dengan tokoh pejuang kemerdekaan Afganistan, Oruzgan Mourad Karzani, tokoh yang Ikal kagumi (Laskar Pelangi). Everthing happen for a reason....segala sesuatu terjadi karena suatu alasan...itulah keyakinan Ikal...setiap kepingan mozaik beralasan bagaikan garis nasib di tangan.

Petualangan ke 42 Negara yang terbentang Eropa sampai Afrika hanya dengan berbekal keberanian dan tekad membaja. Terserang kelaparan, terusir dan terlunta-lunta, terpapar suhu minus 9 derajat, terpanggang suhu 45 derajay Sahara menjadi bagian mozaik keduanya. Petualangan yang melambungkan diri hingga Ikal bisa mengenali lebih baik jati dirinya. Ikal dan Arai membuktikan bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan lewat keyakinan dan kerja keras.

"Semua telah kami rasakan, dalam kemenangan manis yang gilang gemilang dan kekalahan getir yang paling memalukan, tapi tak selangkah pun kami mundur, tak pernah. Kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi. (hal 277)"

Impian terindah Ikal untuk berjumpa edensor pun terwujud pada akhir buku ketiga ini. Petualangan yang mendebarkan, penuh satire humor dan fantastis...it will make you laugh, wonder, amazed altogether

No comments: