Sunday, March 16, 2008

AYAT-AYAT - THE MOVIE

Meskipun gak ada niatan nonton filmnya dari awal (coz lihat trillernya aja sudah so certain kalau bakal beda jauh ma novelnya...that's one of my most favourite novels), akhirnya tercapai kompromi minggu lalu dengan suami. Kita nonton dua film sekaligus, pertama Ayat-Ayat Cinta (AAC) yang suami ngebet pengin nonton dan 1000 B.C, salah film yang ada dalam list my next to watch.

Setelah nonton memang beda jauh dengan novel aslinya...i should have known :-(. Keindahan Mesir sama sekali tidak tergambar, bahkan mahatab (KRL Mesir) suasananya mirip kalau kita naik KRL Express Bekasi atau Bogor...plus wong settingnya di Negara Mesir tapi kok jarang lihat penduduk yang punya face mesir. Belum lagi karakter Noura yang kupikir sangat gak pas diperankan Saskia, habis wajahnya Indonesia banget padahal dalam novel gak gitu...satu-satunya yang paling bagus akting dan pas soal karakter dan wajah adalah Carrisa Putri....Aisha terlalu agresif dan agak centil (lain banget ma di novel...) dan masih banyak kejanggalan soal karakter dan setting tempat (waktu di kampur Al Azhar, kayak lihat aula kampus UI). Terus banyak cerita dan adegan di novel yang di cut habis2an sehingga terkesan pesan yang terselip cuma melulu soal cinta lawan jenis...eh, ada tambahan cerita yang malah gak ada di novel, yakni soal poligami Fahri dengan Aisha dan Maria...Tokoh Maria dihidupkan lebih lama sehingga mereka bertiga hidup dalam satu atap cukup lama. Padahal, meskipun Fahri memang menikahi Maria, tetapi usai memberikan kesaksian di persidangan, Maria langsung collapse dan meninggal setelah mengucapkan dua kalimat syahadat....

Adegan mata melotot, saling caci maki dan kekerasan brutal sama sekali tidak ada dalam kisah ini (kecuali adegan pemukulan Bahadur terhadap Noura dan Fahri dipenjara; namun memang konteksnya jelas) seperti halnya sinetron dan film Indonesia lainnya. Kualitas gambar juga bagus dibanding terakhir nonton film Indonesia Mendadak Romantis. Karakter-karakter yang terlalu sempurna dalam novel dihadirkan secara lebih realistis dalam film...lebih membumi. Tokoh Fahri yang sangat super sempurna diperlihatkan juga memiliki sisi kelemahan dan keraguan saat menghadapi cobaan hidup, Aisha yang juga sempurna dihadirkan sebagai sosok wanita ceria yang pencemburu, manja dan Maria ...well, dia sepertinya malah yang digambarkan terlalu sempurna...

Dilihat content film dibanding dengan film Indonesia lain yang lagi marak (horror, cinta picisan dan yang lebih menyedihkan komedia seksual murahan macam Extra Large dan Kawin Kontrak), film ini boleh dibilang revolusioner seperti halnya Nagabonar (but i think Nagabonar is a bit higher)...adegan mesra pacaran lawan jenis yang melibatkan cium peluk, ranjang sama sekali tidak ada. Adegan romansa dikemas apik oleh Hanung sehingga meskipun tidak ada istilah pacaran dalam keseluruhan film, sentuhan cinta kasih dapat terlihat jelas... elegan dan sama sekali gak murahan. Mungkin ini bisa menjadi contoh atau pelajaran bagi generasi muda saat ini yang terlanjur terkena imbas budaya barat bahwa pacaran harus disertai cium, peluk dsb bahkan free sex mulai merajalela...naudzubillah.

Kesuksesan film ini yang fenomenal juga ditunjang kesuksesan novelnya yang telah membahana beberapa tahun sebelumnya. Bahkan mereka yang sudah nonton filmnya tapi belum baca novelnya sekarang ingin membacanya (termasuk suami dan teman-temanya :-)

Kesimpulannya, jika ingin menonton film ini, janganlah berharap terlalu banyak sesuai dengan novelnya...tapi lebih baik dilihat dari kacamata penonton yang sama sekalil belum baca novelnya...Film ini boleh jadi menjadi angin segar ditengah film-film bertema cinta yang dipenuhi adegan peluk, cium dan any sexual activity...sebuah film yang cukup apik dan elegan

No comments: